Selasa, 19 Maret 2013

6 Masalah Lingkungan Teratas di Cina

Krisis lingkungan di Cina tampaknya muncul dalam skala yang besar dan hebat, karena sangat luasnya negara itu sendiri.
Berikut ini enam masalah lingkungan teratas yang ada di Cina:

1. Pencemaran udara
Menurut skala kualitas udara, setiap peringkat polusi di atas 300 berarti udara tidak aman untuk bernapas. Dalam kondisi tersebut, orang harus tinggal di dalam ruangan dengan menghidupkan pemurni udara dan sebisa mungkin mengurangi pergerakan, demikian pedoman Kedutaan Amerika Serikat di Beijing.

Pada Januari saja, ada 19 hari ketika indeks di Beijing melampaui ambang batas 300, menurut Washington Post, dan angka di atas 500 kini sudah menjadi hal biasa. Pada 12 Januari, angka tersebut mencapai rekor 886, sama dengan hidup di dalam ruangan merokok.

Industri manufaktur dan 5 juta lebih mobil di Beijing turut berkontribusi terhadap pencemaran udara yang melumpuhkan kota itu, namun banyak ahli menyalahkan pembangkit listrik tenaga batu bara, yang menjadi kekuatan pertumbuhan perekonomian Cina.

Cina saat ini membakar 47 persen dari batu bara dunia, kira-kira setara dengan jumlah gabungan yang digunakan oleh semua negara-negara lain di dunia, lapor New York Times. Dan Beijing dikelilingi oleh jaringan luas dari pembangkit listrik tenaga batu bara.

2. Pencemaran air
Ribuan bangkai babi mengambang melewati Shanghai mungkin bukanlah polusi air terburuk yang harus dikhawatirkan Cina.

Pada Januari, terjadi kecelakaan bocornya kimia benzena, senyawa yang dikenal sebagai penyebab kanker, ke anak Sungai Huangpu (tempat bangkai babi itu ditemukan). Lebih dari 20 orang dirawat di rumah sakit akibat hal itu, menurut Wall Street Journal, dan penduduk daerah itu terpaksa mengandalkan mobil pemadam kebakaran untuk mendapatkan air minum yang aman.

Air tanah juga tidak lebih aman. Sekitar 60 persen dari tanah di bawah kota-kota Cina dinyatakan "sangat tercemar" oleh Economist.

Desember lalu, tak lama setelah saudarinya meninggal karena kanker paru-paru pada usia 35 tahun, pengusaha Jin Zengmin dari provinsi Zhejiang menawarkan hadiah 200.000 yuan (sekitar Rp308,5 juta) kepada pejabat lingkungan setempat yang mau berenang di sebuah sungai terdekat, tempat Jin pernah berenang saat dia masih kanak-kanak, menurut Time.com. Sungai itu sekarang berwarna hitam dengan limbah dari pabrik sepatu. Belum ada pejabat yang tertarik oleh tawaran itu.

3. Penggurunan
Cina memiliki sejarah pertanian intensif selama ribuan tahun, jadi mungkin tidak mengejutkan bahwa wilayah seluas 9,6 juta kilometer persegi dari negara itu terkena penggurunan.

Tekanan populasi, konversi hutan menjadi lahan pertanian, dan proyek pembangkit listrik tenaga air dan infrastruktur lainnya telah mengakibatkan hutan-hutan yang masih tersisa di Cina terancam. Hal itu mendorong PBB memasukkan daftar hutan di negara itu sebagai yang terancam dan membutuhkan perlindungan.

Hasil dari maraknya penebangan hutan dan perkembangan pertanian adalah penggurunan, penghancuran lahan yang ditutupi vegetasi, yang menghasilkan bentang alam terdiri dari tanah dan batu yang gersang. Sekitar 2,6 juta km persegi dari Cina saat ini berada di bawah penggurunan, sekitar seperempat dari luas daratan negara itu, tersebar di 18 provinsi, menurut kantor berita IPS.

Badai debu yang membutakan, sungai yang penuh lumpur dan terkikisnya humus seringkali merupakan hasil dari desertifikasi. Terlepas dari peningkatan reboisasi dan restorasi padang rumput belakangan ini, padang pasir terus berkembang setiap tahun sekitar 2.460 km persegi, menurut World Wildlife Fund (WWF).

4. Keanekaragaman hayati

Terkait erat dengan penggundulan hutan dan penggurunan adalah masalah hilangnya habitat dan penurunan keanekaragaman hayati. Karena wilayah hutan yang luas dibuka untuk lahan pertanian, perkebunan bambu, dan kayu bakar, mengakibatkan hewan langka seperti panda berjuang untuk bertahan hidup.

Kepunahan mengintai beberapa spesies hewan gara-gara pembantaian gajah untuk diambil gadingnya, pembunuhan badak untuk tanduk mereka, dan pemusnahan harimau untuk tulang (sebagai obat) dan penis mereka (sebagai afrodisiak atau zat kimia yg digunakan untuk merangsang daya seksual).

Hiu terancam punah di seluruh dunia, terutama karena pengambilan sirip hiu — pengangkatan sirip punggung dari hiu yang masih hidup, untuk dibikin sup.

5. Desa kanker

Selama bertahun-tahun, individu dan kelompok telah melancarkan kampanye untuk memaksa pemerintah mengatasi atau bahkan mengakui tingginya tingkat penyakit kanker lambung, hati, ginjal dan usus besar di daerah tertentu, biasanya berdekatan dengan kompleks industri berat, menurut laporan BBC.

Di Shangba, sebuah kota di provinsi Guangdong, sungai yang mengalir melalui kota berubah dari warna putih menjadi oranye akibat berbagai jenis limbah industri, Reuters melaporkan. Banyak pencemar sungai, seperti kadmium dan seng, diketahui menyebabkan kanker.

"Semua ikan mati, bahkan ayam dan bebek yang minum dari sungai mati. Jika Anda meletakkan kaki di dalam air, Anda akan mendapatkan ruam dan gatal-gatal yang mengerikan," ujar He Shuncai, seorang petani berusia 34 tahun dari Shangba kepada Reuters. "Tahun lalu saja, enam orang di desa kami meninggal karena kanker dan mereka berusia 30-an dan 40-an."

Pada Februari tahun ini, laporan dari kementerian lingkungan Cina mencatat bahwa bahan kimia dan logam berat yang dilarang di negara-negara lain, ditemukan di seluruh Cina.

6. Pertumbuhan penduduk
Kebijakan memiliki "satu anak" di Cina secara universal diakui efektif untuk mengendalikan populasi di negara itu. Meskipun demikian, Cina adalah rumah bagi sekitar 1,3 miliar orang, lebih dari sepertujuh orang di planet ini hidup di negara itu.

Apa yang lebih memprihatinkan terhadap pendukung lingkungan adalah tumbuhnya kemakmuran dari kelas menengah Cina, yang kini mengadopsi pola konsumen gaya Barat. Kalau dulu barang-barang seperti daging merah, anggur, dan mobil pernah dianggap kemewahan terlarang, kini makin banyak keluarga yang mengendarai mobil mereka ke pasar untuk membeli daging sapi tenderloin, 120 anggur baijiu (anggur putih Cina) dan barang-barang konsumen lain.

Risiko kesehatan berkaitan dengan jenis pembelian semacam itu, kini menjadi perhatian: Pesta minum dan alkohol yang mengakibatkan rawat inap sekarang telah mencapai "proporsi epidemi," menurut laporan Guardian, dan penduduk Cina — yang pernah menikmati diet yang relatif sehat dan rendahnya tingkat kanker — sekarang makan daging dua kali lebih banyak dibandingkan orang Amerika, mengonsumsi seperempat dari pasokan dunia, menurut Telegraph.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar