Seorang pioner yang namanya mencuat di abad ke – 19, Eadweard Muybridge merupakan seorang ahli fotografi dan foto bergerak. Bermula dari usaha mengabadikan gerak kuda dengan memanfaatkan multi kamera untuk menangkap gerakan.
Dia juga pencipta zoopraxiscope, sebuah perangkat untuk memproyeksikan gambar bergerak sebelum munculnya kamera film modern. Pada tahun 1872, mantan Gubernur California Leland Stanford, yang juga pemilik usaha pacuan kuda, memperdebatkan apakah keempat kaki kuda diangkat secara bersamaan selama berlari. Lukisan kuda berlari dengan kecepatan penuh kebanyakan memperlihatkan keempat kaki kuda yang menjorok ke dalam atau keluar secara bersamaan sehingga kelihatan tidak menyentuh tanah. Gubernur Stanford menyebutnya “unsupported transit“, dan mengundang Eadweard Muybridge untuk menyelidiki dan menjawab teka teki tersebut.
Namun sebelumnya pada 1860 Eadweard mengalami sebuah kecelakaan kereta api, yang mengakibatkan kepalanya cedera serius. Kecelakaan tersebut berawal ketika ia terancanm tertinggal untuk menaiki kapal yang akan membawanya berlayar menuju Inggris untuk membeli beberapa buku antik. Sehingga saat itu ia memutuskan untuk melakukan sebuah perjalanan darat melalui rute selatan menuju pesisir timur dan menaiki kapal menuju Inggris.
Namun ketika berada di lintasan Texas tengah, kereta yang ditumpanginya mengalami kecelekaan yang mengakibatkan hancurnya gerbong dan melukai semua penumpangnya. Bahkan para penolong harus bersusah payah mengeluarkan tubuh korban dari gerbong kereta yang telah hancur. Kepala Eadweard menderita luka parah, diduga akibat berbenturan dengan benda keras, entah itu batu ataupun benda keras lainnya. Akibatnya ia harus mendapatkan perawatan serius dan beristirahat selama tiga bulan. Efek samping dari cedera cukup berakibat fatal, ia mengalami amnesia, seringkali terlihat bingung, tidak dapat mencium aroma dan bebauan, dan beberapa gangguan lainnya.
Arthur P. Shimamura, seorang ahli syaraf daru Universitas California Berkeley, berspekulasi bahwa Edweard mengalami kerusakan di bagian otaknya. Hal tersebut mengakibatkan emosinya tidak stabil, dan berperilaku aneh (eksentrik) seperti yang dikatakan oleh para temannya. Namun hal tersebut membuat Eadweard semakin bebas berkreasi dan berinovasi. Bahkan selama menjalani pemulihan di Inggris, ia melakukan kegiatan fotografi secara profesional. Ia bahkan menemukan sebuah inovasi yang menggunakan piringan-basah dalam sebuah proses collodion, dan membuat tren baru dalam bidang fotografi. Tehnik tersebut sebenarnya dipengaruhi oleh ajaran fotografer popular Inggris di antaranya Julia Margaret Cameron. Selama di Inggris ia telah mempaten dua penemuannya.
2. Ken Walters
Sama halnya dengan Eadweard Muybridge, selama 19 tahun mantan seorang insinyur, Ken Walters harus menggunakan kursi roda setelah mengalami kecelakaan yang melibatkan truk pengangkut barang. Lalu pada 2005 Walters mengalami serangan stroke, akibatnya ia harus menjalani terapi bicara dan bekerja dalam keadaan lumpuh. Dokternya pun menyarankan agar beberapa bagian otak Walters harus dibenahi dan diperbaiki agar kerusakannya tidak meluas. Meski demikian Walters tetap mensyukuri keadaannya tersebut, bahkan ketika ia menemukan sebuah gairah terbesar di dalam hidupnya.
Akibat serangan stroke, otot Walters hanya mampu mengangkat sebuah pensil. Namun melalui kreatifitasnya, ia mampu merubah coretan, gambar, sketsa yang tidak beraturan tersebut ke bentuk digital. Coretan yang bagi sebagian orang mungkin tidak seindah lukisan Da Vinci, namun berbeda ketika menjadi bentuk gambar digital bahkan menjadi sebuah karya seni yang indah. Ia pun segera menciptakan sebuah peranti lunak untuk lebih memudahkan dan memperindah karyanya tersebut, dan menjualnya secara online. Rupanya karya kreatif dan inovatifnya tersebut menarik perhatian produsen game EA, dan semenjak peranti lunaknya dibeli, Walters pun bekerja untuk EA.
3. Alonzo Clemons
Seniman ukir kenamaan Colorado, Alonzo Clemons telah meraih banyak pengakuan dari kalangan seniman dunia dan penikmat seni. Salah satu hal yang mencuatkan namanya adalah hasil karya ukir binatangnya yang terlihat realistis, sehingga menghasilkan banyak uang dari penjualan karya seni tersebut. Dan yang patut diacungi jempol,adalah ia mampu mengerjakan karya seninya di bawah waktu satu jam, dan terkadang tanpa melihat sebuah contoh ataupun hanya dengan mengingat bentuk objeknya saja. Padahal bakatnya tersebut hampir saja luput dari perhatian publik. Di masa mudanya ia pernah mengalami cedera kepala, akibatnya ia bahkan tidak bisa mengenakan pakaiannya sendiri dan hidup sebagai manusia dengan kemampuan terbatas.
Namun kemampuan dan kreatifitas artistiknya menepis dan membiaskan ketidaknormalan yang dimilikinya, tidak saja dalam menjalani kehidupan berkesenian namun dalam kehidupan nyatanya. Selain itu ia aktif dalam sebuah organisasi yang bergerak di bidang olahraga bagi para penyandang cacat, angkat besi.
Namun kemampuan dan kreatifitas artistiknya menepis dan membiaskan ketidaknormalan yang dimilikinya, tidak saja dalam menjalani kehidupan berkesenian namun dalam kehidupan nyatanya. Selain itu ia aktif dalam sebuah organisasi yang bergerak di bidang olahraga bagi para penyandang cacat, angkat besi.
4. Anne Adams
Tentu saja tidak semua trauma yang mencederai kepala mengakibatkan kemampuan istimewa, meskipun tetap memiliki kenangan tersendiri baik secara individu ataupun bagi keluarganya. Seperti yang dialami oleh Dr. Anne Adams, seorang ilmuwan yang kemudian berpindah haluan menjadi seorang seniman.
Hal tersebut dilakukan oleh Dr. Adams setelah mengalami sebuah gangguan otak yang dikenal dengan istilah frontotemporan dementia, sebuah kelainan yang menyebabkan kerusakan di otak bagian depan dan terkadang mengganggu bagian cuping otak lainnya. Namun ternyata kerusakan otak yang dideritanya tersebut malah meningkatkan daya berpikir kreatifnya. Dr Anne Adams meninggal di tahun 2007.
5. Sandy Allen
Sama seperti yang dialami oleh Anne Adams, gairah Sandy berada di bidang ilmu pengetahuan. Namun gangguan yang dialami di bagian otaknya menyebabkan daya berpikir logisnya lebih cemerlang, sehingga di usia yang ke 40 tahun ia mendaftarkan diri ke sebuah sekolah medis.
Bagaimanapun kehidupan Sandy berubah setelah tiga tahun berikutnya, divonis memiliki sebuah tumor di bagian otaknya, sehingga harus menjalani operasi di bagian kepalanya. Dalam menjalani operasi tumor ganas tersebut, dokter dipaksa untuk memotong salah satu bagian otak kiri Sandy. Pembuangan tumor ganas yang dialaminya ternyata berdampak lain dalam kehidupan, Sandy menjadi lebih artistis dan eksentrik. Sehingga akhirnya ia pun lebih menekuni bidang barunya yakni berkesenian, meski memang baik ibu maupun saudari perempuan merupakan seniman berbakat. Namun kelainan otak yang dialaminya ternyata membuka bakat lainnya yang tersembunyi
Bagaimanapun kehidupan Sandy berubah setelah tiga tahun berikutnya, divonis memiliki sebuah tumor di bagian otaknya, sehingga harus menjalani operasi di bagian kepalanya. Dalam menjalani operasi tumor ganas tersebut, dokter dipaksa untuk memotong salah satu bagian otak kiri Sandy. Pembuangan tumor ganas yang dialaminya ternyata berdampak lain dalam kehidupan, Sandy menjadi lebih artistis dan eksentrik. Sehingga akhirnya ia pun lebih menekuni bidang barunya yakni berkesenian, meski memang baik ibu maupun saudari perempuan merupakan seniman berbakat. Namun kelainan otak yang dialaminya ternyata membuka bakat lainnya yang tersembunyi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar