1. Glorious Revolution
Glorius Revolution atau lebih dikenal juga dengang sebutan Revolusi 1688, sebuah gerakan radikal untuk menggulingkan kekuasan Raja James II dari Inggris (James VII dari Skotlandia) pada 1688. Raja James II digulingkan oleh anggota parlemen yang tidak menyukainya dan dibantu oleh pasukan militer pimpinan William III dari Orange-Nassau.
Dan sebagai hasilnya William III berhasil menguasai mahkota Kerajaan Inggris. Revolusi 1688 di dalam sejarah Inggris dikenal pula sebagai kudeta paling berdarah yang pernah dialami oleh Monarki Inggris, meski hanya beberapa pihak yang mengakuinya (anglonsentris). Di kawasan Irlandia yang bahkan tiga kali pertajadi pertempuran sengit, tidak dihiraukan, begitu dengan yang terjadi di Skotlandia. Bahkan di Inggris, revolusi 1688 ini tidak seluruhnya ‘berdarah’.
Meski banyak polemik dalam pencatatan sejarah di Inggris, namun penggulingan RAja James III merupakan awal dari berjalannya sistem demokrasi parlementer. Pihak kerajaan tidak lagi memiliki kekuasaan yang mutlak, dan Bill of Right menjadi sebuah dokumen terpenting dalam sejarah perjalanan politik di Inggris.
2. Revolusi Oktober
Revolusi Oktober yang lebih dikenal dengan Revolusi Soviet, dan Revolusi Bolshevik, adalah sebuah penggulingan kekuasan yang dilakukan oleh para kaum pekerja dan tentara rakyat. Fase Revolusi kedua yang terjadi di Rusia setelah Februari 1917, dan Revolusi Bolshevik pun terjadi di tahun yang sama. Revolusi Bolshevik bertujuan menggulingkan Pemerintahan Provinsional Rusia dan memberikan semua wewenang kepada pihak Bolsheviks. Revolusi ini pun mengawali terjadinya Perang Sipil di Rusia yang berlangsung pada 1917 hingga 1922, dan memicu terciptanya persatuan wilayah di Rusia (Uni Soviet).
Revolusi yang dipimpin oleh Bolsheviks, sebelumnya telah melakukan propaganda secara intens kepada para rakyat dan pejabat di Petrogad, dan tak lama setelah itu mereka pun membangun pasukan bersenjata. Tentara Merah Bolshevik pun dibentuk dan berada di bawah pengawasan Komite Pasukan Revolusi, menyerang bangunan-bangunan pemerintah pada 24 Oktober 197. Bahkan di keesokan harinya 25 Oktober, mereka berhasil menduduki Istana Musim Dingin, gedung provinsional Petrogard, yang juga Ibukota Rusia.
3. 18 Brumaire
Peristiwa 18 Brumaire merupakan sebuah aksi kudeta yang terjadi di Perancis, revolusi ini digagas oleh Jendral Napoleon Bonaparte dan berhasil menggulingkan kekuasaan Direktori (distrik) Perancis dan merubahnya menjadi sebuah Konsulate (perwakilan). Revolusi ini terjadi pada 9 November 1799, bersama dengan 18 Brumaire tahun VII dalam kalendar Republik Perancis.
Pagi hari di 18 Brumaire, para anggota dewan yang besimpati terhadap gerakan kudeta memperingati semua rekannya mengenai adanya konspirasi dan menyuruh mereka untuk mengungsi ke Chataeu de Saint-Cloud, yang terletak di sebelah barat Paris. Pagi itu Jendral Napoleon Bonaparte pun diberi tugas untuk mengawasi dua anggota dewan. Bahkan setelah menyebarnya isu kudeta, Sieyes dan Roger Ducos pun mundur dari jabatnya sebagai direktur. Demikian pula dengan Barras, setelah melalui upaya persuasif yang dilakukan oleh Talleyrand dan pasukannya.
Pengunduran tiga dari lima direksi dirasakan sudah cukup untuk mengalihkan kekuasan, meski dua direktur wilayah Jacobin, Gohier dan Moulin menolak untuk menyerahkan jabatannya. Gohier berhasil ditangkap sementara Moulin berhasil melarikan diri, meski demikian mereka tidak begitu membahayakan bagi kelangsungan pengalihan kekuasaan yang baru. Namun ternyata beberapa hari kemudian tercium sebuah gerakan pembangkangan di wilayah Jacobin yang didalangi oleh Gohier dan koleganya Moulin. Segera Napoleon beserta pasukan kecilnya memasuk ruangan Gouhier dan berhasil menghentikan semua percobaan kudeta di dalam kudeta. Atas aksi-aksi dan pemikirannya yang gemilang selama kudeta 18 Brumaire, Napoleon kemudian menjadi penguasa Perancis.
4. Revolusi Xinhai
Revolusi Xinhai atau Revolusi Hsinhai, juga dikenal dengan sebutan Revolusi 1911 dan Revolusi China. Revolus ini diawali dengan meningkatnya gerakan kaum Wuchang pada 9 Oktober 1911, dan mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Puyi pada 20 Februai 1912. Revolusi ini disebabkan oleh adanya konflik antara kekuatan Dinasti Qing (1644-1911) dengan aliansi Revolusioner Rakyat China. Kudeta ini dinamai Revolusi Xinhai karena saat itu bertepatan dengan Tahun Xinhai berdasarkan perhitungan kalendar China.
Revolusi Xinhai merupakan bukti ketidak-senangan para mahasiswa, tokoh intelektual dan rakyat China terhadap pemerintahan Dinasti Qing yang telah melakukan korupsi, tidak mampu untuk menangkis kekuatan asing dan mayoritas etnis Han yang mendominasi etnis-etnis minoritas di China. Revolusi Xinhai tidak begitu saja meubah bentuk pemerintahan dari kekaisaran menjadi republik, karena China memiliki wilayah yang luas dan telah terlalu lama memiliki kebijakan yang berbeda (tidak berpusat). Namun demikian, kekuasaan dan kekuatan Dinasti Qing dapat digulingkan pada 12 Februari 1912 dan merubah bentuk pemerintahan China menjadi negara republik.
5. Kudeta di Cheska dan Slavia 1948
Kudeta yang terjadi pada 1948 di Cekoslovakia (sekarang berpisah menjadi Rep.Cheska dan Slavia) didalangi oleh gerakan partai komunis, yang mendapatkan bantuan kekuatan dari pihak luar, Uni Soviet. Para kaum komunis di Cekoslovakia sudah gerah dengan kediktatoran yang meraja lela di negeri mereka yang berlangsung selama empat dekade. Gerakan kudeta ini tidak berlangsung di kawasan Cekoslovakia saja, namun menyebar hingga ke kawasan perbatasa-perbatasan negara,sehingga pada akhirnya menyulut sebuah peperangan dingin antara pengaruh barat (liberal) dan timur (komunis). Negara-negara barat bahkan berhasil Jerman bagian barat dengan menggunakan sebuah nota kesepahaman yang dikenal dengan Marshall Plan, sehingga ketika kekuatan komunis di Perancis dan Italia berhasil di redam, maka Jerman berhasil di bagi dua.
kudeta memang membawa dampak yakni semangat memberontak
BalasHapus