1. Kuda yang berkeringat darah
Kuda ferghana, juga dikenal sebagai kuda China yang berkeringat darah, namun legenda ini merupakan salah satu cerita tutur yang berasal dari dari luar daratan China. Berdasarkan sebuah penelusuran, legenda ini berasal dari daratan Turkmenistan dan masuk ke daratan China saat Dinasti Han berkuasa (25-220 Masehi) oleh Zhang Qian, seorang yang mengemban tugas diplomasi untuk kekaisaran China saat itu.
Kuda ferghana dalam bahasa China kemudian dikenal dengan sebutan kuda Han Xue, karena kuda ini mengeluarkan keringat berwarna merah menyerupa darah ketika berlari. Kuda xue berlari begitu kencang dalam waktu lama, bahkan mampu menjelajahi jarak sejauh 4300 Km dengan waktu tempuh 43. Sehingga kuda xue hanya digunakan untuk perjalanan jauh dan medan perjalanan yang berat.
Kuda xue adalah sebuah legenda dan akan tetap menjadi misteri. Namun mengenai warna keringatnya yang merah, sebuah penelitian dilakukan oleh ilmuwan Jepang, dan mengatakan bahwa fenomena tersebut diakibatkan oleh parasit yang melukai kulit kuda tersebut setelah menghisap darah. Sehingga ketika kuda itu berlari akan mengeluarkan keringat yang bercampur dengan darah.
2 Kalendar Gender China Kuno
Kalendar Kelahiran China Kuno, yang juga dikenal dengan kalendar gender China, atau juga astrologi kelahiran China. Kalendar tersebut merupakan sebuah perhitungan China Kuno untuk mengetahui, memprediksi jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan, dan usia kalendar ini lebih dari 700 tahun. Beberapa orang mengatakan bahwa perhitungan kalendar gender ini 90% akurat tepat. Namun zaman modern seperti saat ini di daratan China sendiri, kalendar ini hanya digunakan sebagai sarana hiburan saja.
Di masa lalu, masyarakat China percaya dengan memiliki banyak anak lelaki berarti memiliki banyak tangan untuk membantunya bekerja. Namun kemudian bergeser ketika masyarakatnya percaya lebih menyukai memiliki anak perempuan karena dapat mengawinkan mereka dengan lelaki dari kaum kaya, walaupun keinginan untuk memiliki anak lelaki masih lebih dominan. Sehingga untuk memperoleh jenis kelamin yang pasti akan kelahiran seorang bayi, bangsa China Kuno membuat sebuah alat dan rumus perhitungan untuk memprediksi jenis kelamin bayi kelak.
Perhitungan kalendar gender ini didasari oleh fenomena bulan, ataupun kalendar bulan. Perhitungannya cukup sederhana, yakni dengan menghitung kalendar bulan (tanggal lahir,hari dsb) usia sang ibu saat hamil, kemudian disilangkan dengan perhitungan waktu kelahiran nantinya. Lalu prediksi jenis kelamin si bayi akan diketahui berdasarkan sebuah observasi terhadap perempuan yang melahirkan bayi di usia yang sama, kemudian diteliti pula dominasi jenis kelamin bayi yang dilahirkannya itu. Misalnya untuk ibu berusia 21 tahun dan mengalami kehamilan di bulan Januari, maka dapat diprediksikan bahwa bayi yang dilahirkannya adalah seorang lelaki,karena berdasarkan pengamatan bahwa rata-rata perempuan berusia 21 tahun, hamil di bulan Januari, kebanyakan memiliki anak laki-laki.
3. Makam Cao Cao
Cao Cao adalah seorang negarawan, ahli strategi, penyair yang popular di saat pemerintah Dinasti Han dari Timur berkuasa. Bagaimanapun, lokasi makamnya masih menjadi sebuah misteri selama ribuan tahun lamanya. Berdasarkan salah satu legenda, Cao Cao sangat merencanakan mengenai kematian, sehingga menjaga agar makamnya tidak mudah dihancurkan. Di hari kematian dan upacara pemakamannya, sebanyak 72 rahib secara bersamaan keluar dari empat gerbang berbeda menuju 72 lokasi pemakaman, sehingga artinya ada 71 kuburan yang palsu ataupun umpan.
Bagaimanapun berdasarkan penemuan arkeologi, menyatakan bahwa keberadaan makam Cao Cao sebenarnya berada di Desa Xigaoxu, di wilayah Anyang, Provinsi Henan.
Sebuah pemakaman yang menutupi area seluas 740 meter persegi. Memiliki lereng curam, serta dua ruang besar utama dan empat ruang kecil. Jika dilihat dari angkasa, maka bentuk keseluruhan akan menyerupai huruf “Jia”.
Walaupun demikian, pemakaman ini secara resmi dinyatakan sebagai Makam Cao Cao, masih kontroversi mengenai keaslian makam tersebut. Beberpa orang menyatakan mereka memiliki bukti (di dalam makam ditemukan sebuah tugu batu yang mengatakan bahwa Cao adalah pemiliki makam ini),untuk menyatakan makam ini asli. Namun beberapa ragu dan menyatakan bahwa makam tersebut dibuat oleh para pengoleksi ataupun penjual benda-benda antik.
4. Tugu Tak Bernama
Wu Zetian, adalah satu-satunya kaisar perempuan yang pernah memerintah di dalam perjalanan sejarah China, ia meninggal pada 705 M, di usia ke 82 tahun. Ia kemudian dimkamkan berdampingan dengan Kaisar Gaozong di Komplek Pemakaman Qianling,yang letkanya berada di Gunung Liangshan di wilayah Qinxian.
Qianling merupakan satu satunya komplek pemakaman yang dihuni oleh dua jenazah kaisar, dan merupakan salah satu makam terkuat dan teraman dari segi arsitektur. Qianling juga dikenal sebagai makam yang aman dari para pencuri makam.
Namun tidak seperti makam-makam pembesar China lainnya, di makam Wu Zetian, berdiri sebuah tugu batu tanpa nama ataupun tulisan. Karena biasanya para pembesar China selalu mendirikan tugu untuk menuliskan prestasi, di depan makamnya. Berbeda dengan tugu batu miliki Kaisar Gaozong yang memiliki 8.000 kata, yang menyebutkan prestasi kaisar di bidang pemerintahan, politik dan perang. Sehungga tugu tanpa nama yang berdiri di depan makam Wu menjadi sebuah misteri, kenapa ia mendirikan tugu tanpa satu kalimat pun?
Beberapa percaya bahwa Wu menginginkan generasi China selanjutnya untuk memiliki penilaiannya tersendiri bagi apa yang telah dilakukan Wu semasa hidupnya. Ada pula yang mengatakan bahwa prestasi dan keberhasilan Wu melampaui kalimat yang bisa dituliskan di atas tugu tersebut. Bahkan ada pula yang meyatakan bahwa anak Kasiar Wu Zetian –Kaisar Zhong Zhong, tidak menyukai keputusan dan tindakan yang dilakukan ibunya semasa hidup. Sehingga ia tidak menuliskan prestasi dan pencapaian sang ibu, agar generasi China berikutnya menilai siapa ibunya tersebut.
5. He Shi Bi
He Shi Bi, mungkin satu-satunya batu permata yang melegenda dan berharga dalam perjalan an sejarah China.Berdasarkan cerita legenda, batu ini ditemukan oleh seseorang bernama Bian He sekitar 2.860 tahun lalu. Saat itu ia sedang memotong batang pohon untuk dijadikan kayu bakar di Pegunungan Jing, namun tiba-tiba ia menemukan sebuah batu giok yang masih mentah kemudian menyerahkannya kepada Raja Li dan kemudian ke Raja Wu keluarga Chu. Namun kemudian Bian He dianggap sebagai pencuri, sehingga kedua kakinya dipotong. Dan ketika akhirnya Raja Wen memerintah, ia memerintahkan seseorang untuk memotong batu permata tersebut. Namun ternyata di dalam batu tersebut tidak ada apapun yang berarti, hanya berupa batu giok yang terbelah menjadi kepingan. Batu giok tersebut kemudian diberi nama sesuai nama sang penemu He Shi Bi (kepingan giok He).
Namun sangat disayangkan, harta karun tersebut dicuri dari keluarga Chu dan dijual ke Zhao. Pada 283 SM, seorang raja ambisius, Zhaoxian keluarga Qin ditawari untuk berdagang dan menukarkan 15 kota dan wilayah mereka untuk mendapatkan batu giok tersebut. Bagaimanapun, perdana menteri Zhao mendapatkan bahwa Zhaoxiang menolak untuk menyerahkan tanahnya, maka batu tersebut kembali dibawa pulang dengan selamat.
Pada 221 SM, Qin menaklukan enam kota dan batu giok tersebut jatuh ke tangan Qin. Di bawah kekuasan Qin Shihuang, kaisar pertama China, batu tersebut dijadikan sebagai stempel kerajaan, stempel tersebut dituliskan kata-kata yang menyatakan bahwa “ mandat ini berasal dari langit, Semoga kaisar berumur panjang dan sejahtera.”
Namun setelah banyak melewati perjalanan pemerintahan para raja dinasti China, tidak ada yang mengetahui perihal hilangnya batu giok legendaris ini, tidak ada yang tahu bagaimana benda ini bisa hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar