Saat perhatian dunia tengah mengarah ke kerajaan Inggris.
Pewaris tahta kerajaan itu, Pangeran William segera mengakhiri masa lajangnya dengan seorang gadis biasa, Kate Middleton. Pernikahan William-Kate juga disebut pernikahan bangsawan terakbar abad ini.
Namun, tentu saja, bukan sekali ini saja monarki Inggris jadi sorotan. Sinema pun tak ketinggalan menyorotnya. Monarki yang berlangsung sejak abad ke-10 itu berkali-kali diangkat ke layar perak.Ada belasan film berlatar kerajaan Inggris dari berbagai zaman.
Dari catatan di sebuah blog tentang film-film bersetting masa lalu (period film), film bertema monarki Inggris paling tua mengangkat masa 1400-an tentang seorang pemuda mengaku sebagai raja Inggris dan menyebut dirinya Raja Richard. Pertanyaan apakah pemuda ini raja palsu atau bukan jadi tema film The Princes in the Tower (2003).
Kemudian, yang paling banyak diangkat adalah masa saat Ratu Elizabeth I (1533-1603) berkuasa. Ia memang dianggap penguasa Inggris terbesar. Kisahnya sudah berkali-kali difilmkan dengan bintang mulai dari Judi Dench sampai Cate Blanchett.
Sambil menyambut pernikahan William dan Kate (omong-omong kisah cinta mereka sudah dibuatkan film TV), kami ajak Anda menengok lagi film-film bertema kerajaan Inggris berikut. Tentu, yang disebut di sini tak semuanya. Ada beberapa judul tersisa seperti Elizabeth produksi HBO dengan bintang Helen Mirren, The Young Victoria (2008) yang dibintangi Emily Blunt maupun Robin Hood (2010) versi Russel Crowe tempo hari. O ya, tak lupa kami memberi penilaian sebagai bahan panduan. Selamat menyambut pernikahan William-Kate sambil belajar sejarah kerajaan Inggris dari film.
1. The King's Speech (2010)
Film ini punya segala persyaratan untuk layak digelari Film Terbaik Oscar tahun ini. Cerita menyentuh hati tentang perjuangan seorang yang disepelekan? Ada; Cerita tentang masa lalu (period film), terutama sekitar masa Perang Dunia II? Ada. Kisahnya mengungkap sebuah ironi, bayangkan bila calon penerus tahta kerajaan Inggris Raya menderita gagap parah. Bagaimana ia bisa berpidato pada rakyatnya? Nah, tema macam begini tentulah memikat. Saat Raja George VI (Colin Firth yang bermain amat gemilang) berhasil mengatasi penyakitnya, kita ikut bersorak kegirangan dan menangis haru.
|
2. The Queen (2006)
Sejatinya, ini adalah film politik. Film ini mencoba menjawab pertanyaan maha penting: Saat Putri Diana meninggal karena kecelakaan tragis di Paris bersama kekasihnya tahun 1997, apa yang dilakukan Keluarga Kerajaan? Monarki, yang diwakili Ratu Elizabeth II (Hellen Mirren) ternyata masih menpertahankan tradisi yang kaku. Padahal, di luar sana rakyat Inggris berduka karena kehilangan People's Princess. Di sini, Tony Blair (Michael Sheen), perdana menteri yang baru, mengambil peran merayu monarki agar menunjukkan simpati atas kehilangan Diana (walau saat itu Diana bukan lagi istri Pangeran Charles). "Rakyat membutuhkan sebuah tanda bahwa kerajaan juga berduka atas kepergian ibunda calon raja...," demikian Blair menekankan posisi Diana yang tak akan tergantikan oleh wanita hebat mana pun. Diana, meski sudah bercerai dari Pangeran Charles, tetap ibunda William, sang calon raja.
|
3. Elizabeth (1998) dan Elizabeth: The Golden Age (2007)
Cate Blanchett membuktikan diri sebagai aktris watak lewat karya Shekar Khapur ini. Film pertama mengisahkan tahun-tahun awal Elizabeth I memegang kendali monarki Inggris, bagaimana ia meniti jalan jadi penguasa Inggris paling dikenang dalam sejarah. Film kedua, menyoroti masa keemasan Elizabeth I di akhir 1500-an. Sekali lagi, Cate mampu menunjukkan sosok ratu yang sehari-hari di istana maupun komandan di medan perang. Dari atas kuda putih, Elizabeth I berteriak lantang mengomando pasukannya melawan agresi Raja Philip II dari Spanyol, penguasa Katolik paling henat masa itu. Dalam pertempuran laut yang puitik, formasi armada Spanyol hancur. Kerajaan Inggris semakin berjaya.
|
4. Shakespeare in Love (1998)
Ini bukan film yang khusus mengisahkan keluarga kerajaan Inggris. Tapi, Ratu Elizabeth I (dimainkan Judi dench) berperan besar dalam film peraih Oscar ini. Ia dikhayalkan seorang yang sangat gandrung teater Inggris. Film ini semacam komedi romantis dengan setting Inggris abad ke-16. Saat Gwyneth Paltrow menyamar jadi cowok demi sebuah peran di teater dan sang penulis, William Shakespeare (Joseph Fiennes) mengalami writer's block tak tahu harus menulis apa. Tak terbantahkan, ini film riang yang mengundang senyum.
|
5. The Madness of King George (1994)
Raja George III bernasib malang. Film ini dimulai pada 1788 saat Inggris kehilangan Amerika sebagai koloninya. Sang raja hidup hingga 1820 dalam keadaan buta dan menjadi gila di masa 10 tahun terakhir hidupnya. Film ini merekam bagaimana praktek kedokteran di penghujung abad ke-18 untuk mengobati penyakit aneh sang raja. Putranya Prince of Wales (Rupert Everett) menaruhnya di rumah sakit jiwa. Ratu Charlotte (Helen Mirren) mendatangkan seorang psikiater berusaha mengobati sang raja. Nigel Hawthorne berperan gemilang sebagai sang raja gila. Kita melihatnya buang air besar di celana hingga berlari-lari tak karuan selayaknya Jim Carrey. Hawthorne mampu memainkan peran seorang raja yang berkuasa atas segalanya menjadi orang yang hilang kewarasannya sebagai manusia.
|
6. The Other Boleyn Girl (2008)
Urusan putra mahkota pewaris tahta menjadi hal maha penting bagi sebuah monarki. Dari soal inilah kisah ini berpangkal. Raja Henry VIII (dimainkan Eric Bana), di Inggris abad ke-16, tengah gundah karena belum juga memiliki putra dari sang permaisuri untuk menggantikannya kelak. Berbagai kelompok politik di sekeliling istana kasak-kusuk menyodorkan anak gadisnya. Tak terkecuali bangsawan Sir Thomas Boleyn, ayah dari dua gadis jelita, Ane (Natalie Portman) dan Mary (Scarlett Johansson). Film ini memanfaatkan betul sejarah Inggris yang "lezat" menjadi kisah dramatik penuh intrik.
|
7. The Duchess (2009)
Seperti apa kehidupan leluhur Putri Diana? Alkisah, pada abad ke-18, hiduplah Georgiana Spencer (Keira Knightley),nenek moyang Putri Diana Spencer. Ia seorang putri bangsawan muda yang membayangkan diri jadi istri Duke of Devonshire yang cantik dan hidup bahagia. Impian itu jadi nyata. Tapi nyatanya malah bukan mimpi indah yang ia dapat. The Duke, sang suami, selingkuh ke sana-sini dengan bebas. Georgina menderita, namun ia memilih tak mau diam saja. Ia lalu menumpahkan cintanya pada Charles Gray (Dominic Cooper), politisi muda cemerlang calon perdana menteri. Masalahnya, kehidupan bangsawan kental oleh hipokrisi. Suami boleh selingkuh dengan bebas, tapi tak demikian dengan istri. "Kau mempermalukan aku di depan publik," gugat The Duke pada istrinya, The Duchess. Tidak sulit bagi penonton untuk tidak membandingkan kenyataan sejarah dua ratusan tahun lalu dengan kisah keturunannya kelak, Putri Diana di abad ke-20.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar