Pernah dengar cerita “titanic”, pasti…kapal pesiar yang dibanggakan bisa mengarungi lautan yang luas tapi ternyata pada peluncuran pertama kandas terhantam oleh batu es besar yang tidak terlihat. Cerita yang sangat ironis ya. Dalam perjalanan tersebut banyak memakan korban terutama laki laki karena pada saat penyelamatan darurat di utamakan keselamatan wanita dahulu, orang tua dan anak anak.
Karena cukup banyak orang yang bisa diselamatkan dengan kapal kecil tersebut, begitu juga cerita kesaksian terhadap kapal titanic yang secara berangsur angsur tenggelam itu … …salah satunya kisah seorang pelayan tua ini. Dia adalah seorang laki laki yang cukup tua sebagai pelayan pribadi keluarga. Kesetiaannya berbakti kepada majikannya cukup lama sehingga dia dianggap oleh majikannya sebagai bagian dari keluarga yang memutuskan liburan bersama di kapal pesiar titanic tersebut.
Saat setelah diberitakan bahwa kapal akan tenggelam dan kepanikan mulai terjadi dimana mana. Sepasang suami istri ini, bukannya terikut merasa takut tapi malah tetap tenang dalam menghadapi situasi yang ada. Bukannya memikirkan keselamatan diri sendiri, tapi mereka malah membantu menyelamatkan dan menenangkan para awak kapal tersebut. Mereka adalah termasuk pasangan tua yang memiliki keluarga besar dan sangat berkecukupan dalam hal finansial, yang kali ini memang tidak mengikuti mereka pergi berlibur di kapal pesiar itu.
Keadaan semakin memuncak seiring banyak sekali orang yang masih di atas kapal menunggu giliran mendapatkan tempat di perahu penyelamat. Tetap saja sepasang suami istri beserta pelayan setianya membantu memindahkan satu demi satu para awak ke perahu penyelamat dengan penuh kesabaran dan kebesaran hatinya. Hingga pada akhirnya tibalah saat sang pelayan tersebut di suruh untuk menaiki tempat yang tersisa dalam perahu. Karena orang orang di sekitar mereka sudah tidak ada, saatnya giliran suami istri tersebut untuk menaiki perahu penyelamat.
Begitu kaki sang istri menginjak tepi dari perahu penyelamat tersebut saat itu juga dia menyadari bahwa tidak ada tempat lagi bagi sang suami untuk bisa ikut bersamanya. Saat itu terjadi sedikit pembicaraan singkat diantara mereka tentang bagaimana dengan sang suami tersebut bisa diselamatkan. Sang suami bersikeras agar istrinya menaiki perahu itu dan saat itu juga, sang istri mengambil keputusan mendekati sang suami dan berkata “ tidak! Kita sudah berjanji dan bersumpah akan selalu bersama sehidup semati dalam keadaan suka maupun duka dan aku memutuskan akan tetap tinggal bersamamu”
Perahu penyelamat terakhir itupun segera diturunkan untuk meninggalkan kapal yang tidak lama lagi tenggelam. Dengan air mata yang mengalir dipipi sang pelayan setianya itu, ia terus berusaha untuk tetap melihat majikannya.Ia memegang erat selimut penghangat yang merupakan pemberiannya terakhir oleh majikannya yang diberikan pada saat mereka memutuskan untuk tetap tinggal dikapal tersebut. Terakhir yang teringat oleh sang pelayan itu adalah bagaimana sang istri memandang dekat sang suaminya yang sungguh berarti dalam kehidupannya selama puluhan tahun mereka jalani. Keyakinan mereka yang terpancar seakan akan merupakan pemenuhan terakhir mereka akan sumpah yang pernah mereka sebutkan untuk tetap akan bersama walau suka maupun duka hingga kematian yang memisahkan mereka berdua.
sayang ya tuh kapal udah di dasar atlantik, klo masih ada sih pingin naek gw , hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar