10. Paulo Di Canio
Di balik sikap temperamennya, Paulo Di Canio tetap diakui sebagai pemain dengan skill di atas rata-rata. Penyerang asal Italia ini selalu tampil impresif bersama West Ham United. Sayangnya, ia tak pernah dipanggil masuk timnasAzzurri. Ditengarai sifat
temperamennya itu yang membuat pelatih-pelatih Italia enggan memanggilnya. Dino Zoff, mantan pelatih Azzurri, pernah berkata, “karena saya telah cukup punya masalah, saya tidak ingin menambahnya lagi.”
9. Jari Litmanen
The Flying Finn telah memenangkan
beberapa gelar Liga Belanda bersama Ajax Amsterdam termasuk Liga
Champions pada 1995 silam. Tak hanya itu, Litmanen juga menduduki
peringkat 3 dalam voting Pemain Terbaik Eropa 1995. Karir gemilangnya
terus berlanjut bersama Liverpool. Piala FA, Worthington Cup dan gelar
UEFA Cup pernah dirasakannya bersama The Reds. Tapi di timnas, ikan
besar di klub itu terlihat seperti ikan kecil. Alhasil bersama
Finlandia, Litmanen selalu menemui kegagalan melaju ke Piala Dunia.
8. Matt Le Tissier
Tiga golnya saat timnas Inggris mengalahkan Rusia rupanya tak mampu membuat terkesan Glen Hoddle. Pelatih timnas Inggris ini tetap meninggalkan Le Tissier ke Piala Dunia 1998 Prancis. Namun, Hoddle pantas menyesal setelah Inggris tersingkir dalam drama adu penalti kontra Argentina. Pasalnya, Le Tiss dikenal sebagai eksekutor ulung yang dimiliki Inggris.
7. Bernd Schuster
Berbagai trofi juga telah dipersembahkan
Bernd Schuster saat masih bermain untuk Barcelona dan Real Madrid.
Termasuk saat merengkuh juara Euro 1980 bersama Jerman Barat. Tapi,
perselisihannya dengan Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) saat itu
membuatnya ditinggalkan di Piala Dunia 1982. Schuster mundur dari timnas
saat usianya 24 tahun.
6. Ian Rush
Dialah salah satu putra terbaik Wales.
Mesin gol Anfield ini dianggap menjadi salah satu striker menakutkan
bersama Liverpool. Namun, sinar terang Rush akan meredup di timnas. Ian
Rush seakan berjuang sendiri di timnas.Alhasil, Ian Rush tak pernah mencicipi Piala Dunia karena Wales selalu gagal lolos.
5. Eric Cantona
Siapa tak kenal Eric Cantona. Penyerang
yang dikenal dengan tendangan kungfu ini menjadi nyawa permainan
Manchester United saat itu. Sempat dipanggil ke timnas pada 1987, namun
pelatih timnas Prancis saat itu HenriMichel
berselisih dengannya. Michel sendiri akhirnya dipecat setelah Prancis
gagal meraih tiket ke Piala Dunia 1990 Italia dan Amerika Serikat 1994.
Sedangkan di Piala Dunia 1998, Cantona terganjal skorsing karena
tendangan kungfu saat memperkuat MU.
4. George Weah
Saat membaca CV George Weah, tentu
sederet prestasi dapat menunjukkan kehebatannya. Pemain Terbaik Eropa,
tiga kali Pemain Terbaik Afrika, Pemain Terbaik Afrika Abad ini dan
berbagai trofi bersama Paris Saint-Germain dan AC Milan.
Weah juga tercatat sebagai top skorer Liga Champions pada 1994/1995.
Namun di timnas Liberia, Weah seakan berjuang sendiri. Alhasil, Weah
gagal beraksi di Piala Dunia 2002.
3. Ryan Giggs
Senasib dengan pendahulunya Ian Rush,
Giggs bak matahari tertutup awan. Penampilan fantastisnya di Manchester
United tak mampu mendongkrak timnas Wales yang saat itu memang bukan
kekuatan sepakbola. Sempat ditawari timnas Inggris, Giggs lebih memilih
tak merasakan Piala Dunia dibanding harus mengkhianti tanah leluhur.
2. Alfredo di Stefano
Tiga negara memperebutkan sosoknya. Ya,
Alfredo di Stefano memang tercatat sebagai satu-satunya pemain yang
memperkuat tiga negara yakni Argentina, Kolumbia atau Spanyol. Bersama
Argentina, ia gagal tampil di Piala Dunia 1950 dan 1954. Sedangkan di PD
1958, timnas Spanyol gagal melaju. Di Piala Dunia Chile 1962, Alfredo
di Stefano mengalami cedera.
1. George Best
Tidak ada komentar:
Posting Komentar