Kamis, 26 Agustus 2010

Mata Hari

Mata Hari (versi ejaan lain: Matahari) adalah nama panggung dari Margaretha Geertruida (Grietje) Zelle (7 Agustus 1876, Leeuwarden, Belanda  – 15 Oktober 1917, Vincennes, Perancis), adalah seorang penari eksotis dan courtesan yang dihukum tembak mati karena mata-mata pada Perang Dunia I.
Kehidupan
 
Margaretha Zelle dilahirkan di Leeuwarden, Friesland di Belanda dari Adam Zelle, pemilik toko topi,tetapi juga telah menanamkan modalnya di minyak, ia punya cukup uang untuk memanjakan putri satu-satunya. dan Antje van der Meulen, keduanya dilahirkan dan dibesarkan di Friesland. Ketika dia berumur 6, keluarganya pindah ke Leiden. Pada 1891 ibunya meninggal dan ayahnya bangkrut.
Kisah hidup wanita yang menikah pada usia 18 tahun ini memang cukup suram. Di sekolah, Margaretha dikenal menjadi flamboyan, sering muncul dalam baru, pakaian mencolok. Dia pernah dikeluarkan dari sekolah guru gara-gara berskandal dengan kepala sekolahnya.
Setelah kematian ibunya, keluarga Zelle adalah berpisah dan Margaretha, sekarang umur 15, dikirim ke Sneek untuk tinggal bersama wali nya, Mr Visser. Visser memutuskan untuk mengirim Margaretha ke sekolah yang guru-guru TK terlatih sehingga ia memiliki karier. Di sekolah tersebut, kepala sekolah, Wybrandus Haanstra, menjadi terpesona oleh Margaretha dan mengejarnya. Ketika skandal pecah, Margaretha diminta untuk meninggalkan sekolah, jadi dia pergi untuk tinggal dengan pamannya, Mr Taconis, di Den Haag.
Pada bulan Maret 1895, sementara masih tinggal dengan pamannya, Margaretha berusia 18 tahun bertunangan dengan Rudolph ("John") MacLeod, setelah menjawab iklan pribadi di koran (iklan tersebut telah ditempatkan sebagai lelucon oleh teman MacLeod's). MacLeod adalah seorang perwira berusia 38 tahun pada meninggalkan rumah dari Hindia Belanda, tempat ia ditempatkan selama 16 tahun. Pada tanggal 11 Juli 1895, keduanya menikah.
Mereka menghabiskan sebagian besar kehidupan pernikahan mereka tinggal di daerah tropis Indonesia dimana uang ketat, isolasi sulit, dan kekasaran John dan pemuda Margaretha yang disebabkan gesekan serius dalam pernikahan mereka. pertama kali mereka tinggal di Semarang. Margarethe senang dengan rumah di Semarang yang nyaman. Tak berapa lama lagi, suaminya harus berpindah tugas ke Malang, di daerah Tumpang. Di situ Margarethe suka bermain ke candi Jago, candi Kidal, candi Singosari. Dia mengagumi tarian Serimpi yang ditarikan di candi-candi tersebut.   Margaretha dan Yohanes memiliki dua anak, Margarethe tidak kerasan tinggal di Sumatra. Dia rindu dengan suasana di Jawa. Apalagi anak laki-lakinya Norman meninggal di Sumatra. anak mereka meninggal pada usia dua setengah setelah diracuni. Tahun 1902 pasangan ini kembali ke Belanda. Dan berakhir dengan perpisahan. Rudolph tinggal dengan anak perempuannya, seorang angkatan laut Belanda yang usianya terpaut 20 tahun lebih tua darinya. Sebelumnya ia dan suaminya pernah tinggal di Jawa dan Sumatra antara 1897-1902.
Masih tahun yang sama Margaretha memutuskan untuk pergi ke Paris untuk memulai hidup baru. Tanpa suami, tidak terlatih dalam karir apapun, dan tanpa uang, dengan tujuan akan belajar balet yang kemudian timbul niat Margarethe untuk menjadi penari orientalis di sebuah klab malam. Dia mencoba menari sebisanya bergaya tarian Jawa. Apalagi dia dulu sering melihat tari Serimpi di candi Jago, Malang. Pakaianpun dia variasi sendiri. Bahkan Margarethe sebenarnya tidak tahu banyak kesenian Jawa, apalagi agama nenek moyang orang Jawa. Dia nekat saja menari dan berpakaian khas ketimuran. Margaretha menggunakan pengalamannya di Indonesia untuk menciptakan sosok baru, yang mengenakan perhiasan, berbau parfum, berbicara kadang-kadang di Malaysia, menari menggoda, dan sering memakai pakaian sangat sedikit . Dia membuat debut menari di salon dan cepat menjadi sukses. Dalam waktu singkat namanya sudah cepat melambung. Banyak kaum elit Paris dan Eropa lainnya terkesima dengan penampilannya. Ketika banyak media menyorotnya. Dia mengaku kalau lahir di kota Jaffnapatam, pantai Malabar, India. Sedang ayahnya seorang Brahmana dan ibunya seorang penari di candi.

  Kebohongannya membuat publik makin yakin. Apalagi setelah nama yang sebenarnya sebagai istri Rudolph Mcleod itu diganti dengan nama MATA HARI. 

Ketika diwawancarai wartawan dan lain-lain nya, Margaretha terus ditambahkan ke mistik yang mengelilinginya dengan berputar fantastis, cerita fiksi tentang latar belakangnya, termasuk menjadi seorang putri dan putri Jawa baron. Untuk suara lebih eksotis, dia mengambil nama panggung "Mata Hari," Malayan untuk "mata hari" (matahari). Nama itu kedengarannya sangat asing di telinga orang barat. Khas ketimurannya menonjol. Mata Hari memang cocok dianggap orang timur. Bukan saja rambutnya yang hitam kelam dan kulitnya yang kecoklatan. Tapi bibir dan matanya tampak bukan seperti orang barat. Tariannya sungguh liar dan mengundang decak kagum banyak penonton.

Seorang yang dibuat tergila-gila pertama kali adalah Emile Guimet. Dia pengusaha industri sabun cuci dari kota Lyon, Perancis. Sejak tahun 1885, Guimet telah mendirikan museum yang mengkoleksi barang-barang seni orientalis dan dia juga mempersilakan museumnya untuk pentas dan mengenalkan pada kalangan elit Paris. Honor yang didapat Mata Hari saat itu berupa emas seharga 1000 Franc. Pada tahun 1905 Mata Hari telah melakukan pertunjukan sebanyak 35 kali. Penonton yang terbanyak di Olympia-Theater, dia mendapat bayaran sejumlah 10.000 Francs. Di samping dia pentas di pertunjukan umum, juga melayani pentas privat. Mata Hari bercita-cita punya pacar orang kaya. Dan kini cita-citanya telah tercapai. Tak hanya orang kaya dan bangsawan yang menjadi pacarnya, tapi termasuk para perwira tinggi. Dia hidup dengan kemewahan. Kemudian Mata Hari berganti pacar lagi, kali ini dengan seorang pengacara bernama Edouard Clunet. Dia meminta saran Clunet untuk menghubungkan dengan sebuah agen yang profesional untuk mengurus pementasannya. Clunet lalu menghubungkan dengan agen teater terkenal bernama Gabriel Astruc. Pada Januari 1906, pertama kali Mata Hari pentas di luar Perancis yaitu di Madrid. Pada Pebruari 1906 penari yang juga menyandang nama Margarethe itu pergi ke Berlin. Dia tak butuh waktu lama untuk memperkenalkan kebolehannya ke publik. Apalagi ada dukungan dari seorang bangsawan setempat. Kemudian dia pergi lagi ke Wina, karena dia mendapatkan surat dari Astruc untuk pentas di ibu kota kekaisaran Austria-Hongaria. Publik di Wina luar biasa. Media terkecoh dengan pemberitaan asal mula Margarethe. Beberapa media menulis bervariasi, dia berasal dari Belanda, Jawa, Bali dan India. Postur tubuhnya juga diekpos, besar dan langsing. 

Kemolekannya seperti seekor binatang liar. Seorang perempuan cantik yang mirip dewi aneh, berkulit gelap mirip gelapnya malam. Sebuah media mewartakan, kalau Margarethe berusia 30 tahun, tapi wajahnya seperti gadis muda. Bahkan di bulan Desember di Belanda terbit sebuah buku berjudul:”The Life of Mata Hari, the Biography of my Daughter”. Buku itu ditulis oleh Adam Zelle, ayah Margarethe. Margarethe tidak yakin, kalau itu tulisan ayahnya sendiri. Dia percaya, kalau ada dua penulis mendatangi ayahnya, karena kepopulerannya.
Kehidupannya yang penuh liku banyak difilmkan dalam berbagai versi. Dari Mata Hari (1931), yang dibintangi oleh Greta Garbo; Mata Hari, Agent H21 (1964) versi Perancis oleh Jeanne Moreau, sampai film Mata Hari versi ketiga (1985), termasuk film Indonesia berjudul Sang Penari (2007), bintang nasional Tamara Bleszynski berperan sebagai agen rahasia ini, yang diangkat dari novel dengan judul sama, karya Dukut Imam Widodo.
Mata-mata/Spion(Double Eye Spy)
Sudah berbulan-bulan telah beredar desas-desus ketegangan internasional di seluruh Eropa. Perang akan terancam meletus. Pada awal Agustus 1914 diumumkan perang telah meletus. Orang-orang di jalan marah dan beringas. 

Pertokoan di sepanjang jalan di Paris yang berlabel Jerman atau Austria dibakar. Tak ada lagi “Brasserie Viennoise” dan “Café Klein”. Polisipun kewalahan antara memihak bangsanya atau manusia pada umumnya. Di Berlin reaksinya tak beda dengan di Paris. Bangsa Jerman dan Perancis bersitegang dan dipertanyakan, kenapa Margarethe mondar-mandir di Berlin? Hanya seorang penari, namun banyak punya kenalan luas dan orang-orang penting. 

Akhir bulan Juli 1914 Margarethe menjalin hubungan dengan seorang komandan polisi bernama Griebel. Margarethe sebagai gundiknya ikut melihat demonstrasi di luar istana kaisar. Semboyan “Deutschland über Alles” mengumandang keras. Dalam beberapa hari saja, Margarethe kena sasaran aksi anti orang asing. Suasana yang mencekam itu juga mengkhawatirkan keselamatan Margarethe. Kini dia sudah berusia 38 tahun. Dia punya akal ke Paris lewat Zürich, Switzerland. Namun pada 7 Agustus dia sudah berada di Berlin lagi. Bukan saja dia tanpa kawan di Berlin, tapi juga tanpa pakaian. Dia beruntung ada orang Belanda tua yang baik hati dan membelikan tiket kereta api untuk keluar dari Berlin menuju Belanda. Pada 14 Agustus dia meninggalkan Berlin dan berhenti di Frankfurt meminta dokumen perjalanan konsul Belanda. Tanggal 16 Agustus dia tiba di Amsterdam. Pada 14 Desember 1914 untuk pertama kalinya Margarethe manggung di publik Belanda. Gedung teater di Den Haag penuh sesak pengunjung. Semua orang ingin melihat penampilan Mata Hari yang sudah tersohor itu. Tak begitu lama Margarethe menemukan pasangan barunya, Baron Edouard van der Capellen. Baron Edouard tak hanya kaya, tapi juga pimpinan kavaleri. Dia berusia 52 tahun. 

Dalam tempo sebulan dari perjumpaannya Margarethe dibuatkan sebuah rumah mungil nan indah oleh Baron di Den Haag. Baron menganggap Margarethe bagaikan prostitusi.   Pada 13 Maret 1915 Margarethe membaca koran Belanda yang memuat fotonya dengan judul “Madame Mata Hari”. Dia sedih meratapi masa jayanya yang sudah lewat, sementara di rumah pemberian Baron seperti terkekang. Pada Agustus 1915 Margarethe berulang tahun yang ke 39 tahun. Kehidupan sehari-hari Margarethe terasa sepi, karena Baron sering bertugas berbulan-bulan tak pulang. Margarethe mencoba kabur dan akan kembali ke Paris lagi. Jalan yang dia tempuh harus berkeliling dari Amsterdam menuju pelabuhan Inggris, selat Biskaya ke Vigo,Spanyol utara. kedatangan Margarethe di Paris Desember 1915 menjadi sorotan agen Prancis. Margarethe mengenakan pakaian mahal dan berlagak sombong. Apalagi dia merasa pernah menjadi bintang di Paris. Sebelum terjun di dunia spionase, wanita yang memiliki kode rahasia H21 ini mengawali karirnya sebagai penari erotis di Paris. Berbekal keahlian erotic temple dances yang dipelajari di India dan daya pikatnya yang tinggi, dia menjadi terkenal di mana-mana. Tak heran bila kemudian tawaran menari banyak berdatangan dari kota kota besar di Eropa bahkan Mesir. Kondisi inilah yang kemudian menyeretnya dalam dunia spionase. Saat menjadi stripper di Berlin, Agen rahasia Jerman merekrutnya.
 
Margarethe dikirim ke Paris, untuk mengirim berita-berita yang penting. Tapi Margarethe tak tahu apa-apa tentang tugas yang akan dilakukan. Memang antara dunia spionase dan seks sangat erat. Orang-orang yang penting posisinya dan intelek sekalipun tetap akan bertekuk lutut di atas ranjang. Di Paris petualangan cinta Margarethe dimulai lagi. Kali ini dengan seorang perwira muda Rusia bernama Vadime de Masloff. Pada suatu malam ulang tahun Margarethe yang ke 40 itu, pemuda Vadime bercinta di kamar Grand Hotel. Vadime usianya 20 tahun lebih muda dari Margarethe. Bahkan Margarethe berujar, selama hidupnya dia hanya bercinta dengan para perwira.

Suatu hari sebuah musibah menimpa pada Vadime. Sebuah granat meledak dan melukai wajah serta leher Vadime dan terkena asap gas beracun. Dia harus dirawat di rumah sakit tentara. Margarethe cemas dan bermaksud ingin mengunjungi Vadime di rumah sakit. Namun diperlukan surat khusus dari sebuah kantor kementerian perang di Boulevard St.Germain. Tak tahunya di kantor itu juga dipakai sebagai kantor agen spion Perancis. Di sebuah tangga gedung itu, secara kebetulan Margarethe berpapasan dengan kapten George Ladoux. Hubungan antara Margarethe dan Ladoux makin dekat. Makin diketahui, kalau Ladoux sebenarnya ketua spion Perancis. Margarethe ditawari, untuk bekerjasebagai spion untuk Perancis. Ladoux menanyakan berapa gaji yang diminta? Bayangan Margarethe melambung tinggi, utamanya mencita-citakan hidup di masa depan dengan pacar terbarunya Vadime. “Satu Juta Franc”, jawab Margarethe. Ladoux mempertimbangkannya, karena gaji sejumlah itu sama dengan gaji untuk 12 spion paling handal. Namun Ladoux mencurigai, kalau Margarethe sebenarnya adalah spion untuk Jerman. 

Mendengar permintaan gaji yang kurang ditanggapi Ladoux, maka Margarethe mencoba meyakinkan lagi. Kalau dirinya juga kenal orang penting di Jerman bernama Kramer. Telinga Ladoux hampir pecah mendengar nama Kramer. 

Karena memang dia orang penting Jerman. Dari sini Ladoux makin yakin, kalau Margarethe benar-benar spion Jerman. Dan Margarethe mencoba akan menjadi double agen. Ladoux tidak mau mengambil resiko lebih jauh. Dia tak menyanggupi membayar satu juta Franc.
MI5 mulai curiga dengan aktivitas yang dilakukan oleh Mata Hari. Agen Rahasia Inggris itu lalu menginterograsinya. Namun mereka tidak bisa memaksa Mata Hari untuk membuka mulut. Berkali-kali interogasi dilakukan, namun hasilnya tetap nihil. 
Sampai akhirnya Agen Rahasia Perancis berhasil menangkap dan menginterogasinya saat dia akan menyeberangi Perancis untuk mengunjungi salah satu affairnya. Agen Rahasia Perancis menangkap Mata Hari karena diyakini dialah "The Greatest Woman Spy" yang mesti bertanggung jawab atas kematian beribu-ribu tentara akibat informasi yang diberikannya. Oleh hakim pengadilan perang, Margarethe disodorkan delapan pertanyaan. Dan Margarethe dinyatakan terbukti bersalah sebagai spion Jerman. Untuk itu pengadilan perang Perancis menjatuhkan hukuman mati pada Margarethe. 
Pelaksanaan hukuman mati pada Senin, 15 Oktober 1917 di Bois de Vincennes, bagian timur kota Paris. 12 resimen artileri siap dengan senapan di sebuah pagi yang dingin dan berkabut. Sedang usia semua tentara tersebut masih muda, sekitar 20 tahun.Di umur 41 tahunlah Mata Hari meninggal dunia. 
 
Sehari setelah pelaksanaan eksekusi, tepatnya pada Selasa, 16 Oktober 1917, berbagai media internasional memberitakan. “The Time” memberitakan penari Mata Hari telah dihukum tembak. “Daily Express”, juga melangsir berita dengan judul “Spion cantik Mata Hari dihukum mati”. Mayatnya dikubur di kuburan Vincennes. 
Dua tahun kemudian Jeanne-Louise, anak perempuan Mata Hari yang sedang menginjak usia 21 tahun meninggal dunia akibat pendarahan di otak. Meskipun demikian, banyak yang mempermasalahkan eksekusi yang dilakukan oleh Mata hari. Statusnya antara double agent dengan orang bersalah masih dipertanyakan. Namun dia layak dimasukkan kedalam catatan sejarah.
Ringkasan
    * Nama Asli: Margaretha Gertruida Zelle
    * Lahir: Belanda, 7 Agustus 1876
    * Suami: Mayor Rudolph McLeod, seorang perwira KNIL
    * Tinggal di daerah Indonesia di Ambarawa, Tumpang (Malang), Banyu Biru dan Sindanglaya
    * Meninggal: 15 Oktober 1917 - ditembak mati oleh Legiun Macan di luar kota Paris.
Daftar Film tentang Mata Hari
    * Sang Penari - (2007, Tamara Bleszynski)
    * Mata Hari (1931)
    * Mata Hari (1985, Sylvia Kristel)
    * Mata-Hari (1964)(versi judul lain: "Mata-Hari, agente segreto H21")
    * Mata Hari, la vraie histoire (2003) (TV)
    * Fall Mata Hari, Der (1966) (TV)
    * Mata Hari (1978)
    * Mata Hari (1920)
    * Mata Hari, die rote Tänzerin (1927) (versi judul lain: "Mata Hari" atau "Mata Hari: the Red Dancer")
    * Caméra explore le temps: Mata Hari, La (1964) (TV)
    * Mata Hari, mythe et réalité d'une espionne (1998)
    * Operación Mata Hari (1968) (versi judul lain: "Operation Mata Hari")
    * "Dossier Mata Hari" (1967) (miniseri TV)
    * Yo no soy la Mata-Hari (1949) (versi judul lain:"I'm Not Mata Hari")
Daftar Novel tentang Mata Hari
    * Sang Penari (Dukut Imam Widodo)
    * De Moord op Matahari (S. Wagenaar)
    * Matahari Courtesan and Spy (Majoor Coulson)
    * Matahari (J.C. Brokken)
    * The Fatal Lover (Juli Wheelwright)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar