Kamis, 24 Mei 2012

Srikandi Bangsa Indonesia

1. Martha Christina Tijahahu (1800-1818).


Martha Christina Tiahahu (lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 – meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun). Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.


2. Cut Nyak Dhien

(ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien) lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – meninggal di Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Dia adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh.ien (1850-1908)


3. Tjut Meutia (1870-1910)

Cut Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870 - Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910) adalah pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh

Awalnya Cut Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Cik Tunong.


4. Raden Ajeng Kartini (1879-1904)

Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun). adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.


5. Maria Walanda Maramis (1872-1924)

Maria Walanda Maramis atau Maria Josephine Catherine Maramis (lahir di Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872 – meninggal di Maumbi, Sulawesi Utara, 22 April 1924 pada umur 51 tahun), atau yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis, adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia karena usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20. Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.


6. Dewi Sartika (1884-1947)

Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966. Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, dan sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu. Pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda.


7. Nyi Ageng Serang (1752-1828)- Ahli siasat/strategi perang Pangeran Diponegoro.

bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752 - Yogyakarta, 1828). Dia adalah putri bungsu dari Panembahan Natapraja, Bupati Serang (sebuah wilayah di kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta sekarang), Dia adalah seorang Pahlawan Nasional perempuan Indonesia yang berjuang gigih dan gagah berani melawan penjajah.


8. Nyi Ahmad Dahlan (1872-1946)

Pada awal abad ke-20, kaum wanita belum merasa mendapatkan persamaan hak dalam memperoleh pendidikan, sehingga bermuncullah tokoh-tokoh emansipasi wanita dalam sejarah Indonesia. Nyai Ahmad Dahlan merupakan salah satu dari sekian tokoh wanita yang memperjuangkan keetaraan hak wanita. Beliau tidak hanya aktif dalam dunia pendidikan, keagamaan, sosial, namun juga memiliki peranan yang sangat berarti dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.


9. Hj. Rasuna Said (1910-1965)

HR Rasuna Said (Hajjah Rangkayo Rasuna Said) seorang orator, pejuang (srikandi) kemerdekaan Indonesia. Pahlawan nasional Indonesia ini lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 15 September 1910 dan wafat di Jakarta, 2 November 1965 dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Seorang puteri terbaik bangsa yang tak hanya sekadar memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita namun seorang orator yang lantang dan gigih melawan penjajahan.


10. Dr. Marie E. Thomas (1896-1966) :

Dokter Wanita pertama Indonesia lulusan STOVIA tahun 1922


11. Dr. Ny. Augustine Magdalena Waworuntu (Tine Waworuntu/ 1899 - 1986) :

Walikota Wanita pertama Indonesia (1950 - 1951)


12. Johanna Masdani-Tumbuan :

Pembaca naskah Sumpah Pemuda pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928


13. Pratiwi Sudarmono - calon astronot wanita pertama di Indonesia dan juga Asia :


Dr Pratiwi Pujilestari Sudarmono PhD. Wanita cantik ini dianggap sebagai pengejewantahan Kartini modern. Seorang dokter yang sempat diproyeksikan melanglang ruang angkasa, menjamah bulan pada tahun 1985. Wanita kelahiran Bandung 31 Juli 1952 ini disebut sebagai calon astronout NASA pertama dari Indonesia, maka antusiasme merebak.

Bulan Oktober 1985, ia terpilih untuk ambil bagian dalam misi Wahana Antariksa NASA STS-61-H sebagai Spesialis Muatan. Namun, setelah bencana Challenger, pengiriman satelit komersial seperti Palapa B-3 milik Indonesia yang direncanakan pada misi STS-61-H ini dibatalkan, sehingga misi ini tidak pernah dijalankan. Satelit tersebut kemudian diluncurkan dengan sebuah roket Delta. Uniknya, jarang yang mengetahui bahwa ibu dosen yang ramah ini adalah seorang peneliti sejati. Keseriusan dan konsistensinya di bidang penelitian, khususnya mikrobiologi.


14. Karlina Leksono Supelli - Astronom perempuan pertama Indonesia :

Perempuan kelahiran 15 Januari 1958 ini adalah astronom perempuan pertama di Indonesia, terutama di bidang kosmologi. Sejak tahun 1978 Karlina sudah berkutat dalam dunia penelitian astronomi. Gelar doktor astronomi diperolehnya dari University College of London, Inggris. Beberapa tahun kemudian, Karlina mulai melirik bidang filsafat. Dan akhirnya dia berhasil mempertahankan disertasi doktoral filsafat di Universitas Indonesia tahun 1997.

Perempuan dan teknologi, sekali lagi, seperti dua dunia yang saling terpisah. Banyak stereotype terbangun dalam masyarakat yang akhirnya meminggirkan perempuan dari perkembangan dunia teknologi. Sementara perkembangan teknologi begitu pesat dan membuka peluang besar bagi terobosan upaya gerakan perempuan dan pemberdayaan perempuan, perempuan-perempuan masih belum menjadi sentral dalam perkembangan itu. Nyata, perempuan masih banyak sekedar menjadi obyek dari perkembangan dunia teknologi tersebut, dan belum sepenuhnya bisa memainkan peran krusial memanfaatkan teknologi demi pemberdayaan.


16. Prof. Dr. Annie Abbas-Manoppo :

Sarjana hukum wanita pertama Indonesia lulusan HKS Batavia tahun 1934, juga rektor dan guru besar wanita pertama Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar