Sabtu, 23 Juni 2012

Para Penguasa Belanda

Raja-raja Orange-Nassau


William II
King William II by Jan Baptist van der Hulst.
William II (Willem Frederik George Lodewijk van Oranje-Nassau) (lahir 6 Desember 1792 – meninggal 17 Maret 1849 pada umur 56 tahun) adalah Raja Belanda, Adipati Agung Luksemburg, dan Adipati Limburg dari tanggal 7 Oktober 1840 hingga kematiannya pada tahun 1849.


Willem III
King William III of the Netherlands in coronation robes by Nicolaas Pieneman (1856)
Willem III, Raja Belanda dan Adipati Agung Luksemburg (Willem Alexander Paul Frederik Lodewijk van Oranje-Nassau, lahir di Brussels, Belgia, 17 Februari 1817 – meninggal di Het Loo, 23 November 1890 pada umur 73 tahun) adalah Raja Belanda dan adipati agung dari Luksemburg (1849-1890). Pada 23 November 1890, dia meninggal dunia dan mewariskan tahta kepada putrinya, Wilhelmina yang ketika itu baru berumur 10 tahun.


Ratu Wilhelmina
Ratu Wilhelmina pada 1942
Ratu Wilhelmina (Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau; (lahir 31 Agustus 1880 – meninggal 28 November 1962 pada umur 82 tahun), Putri Orange-Nassau, adalah Ratu Belanda sejak 1890 - 1948 dan Ibu Suri (dengan sebutan Putri) sejak 1948 - 1962. Ia memimpin Belanda selama lebih dari 50 tahun, lebih lama daripada penguasa monarki kerajaan Belanda lainnya. Masa kekuasannya menjadi saksi beberapa titik perubahan di Belanda dan sejarah dunia: Perang Dunia I dan Perang Dunia II, Krisis Ekonomi tahun 1933, dan juga kejatuhan Belanda sebagai penguasa kolonial.
Ia paling dikenang untuk perannya dalam Perang Dunia II dimana ia membuktikan dirinya sebagai inspirasi besar bagi gerakan perlawanan rakyat Belanda dan sebagai pemimpin utama pemerintahan Belanda di pengasingan


Ratu Juliana
Queen Juliana watching the Queen's Day parade in 1963
Ratu Juliana Louise Marie Wilhelmina van Oranje-Nassau (lahir di Den Haag, 30 April 1909 – meninggal di Baarn, 20 Maret 2004 pada umur 94 tahun) adalah Ratu Kerajaan Belanda dari 6 September 1948, sampai tanggal 30 April1980, ulang tahun beliau yang ke-71, ketika putrinya Ratu Beatrix naik takhta.
Juliana menikah dengan Bernhard zur Lippe Biesterfeld, seorang bangsawan Jerman, pada tanggal 7 Januari 1937 dan mendapatkan empat anak Beatrix (1938), Irene (1939), Margriet (1943), dan Marijke (1947) yang namanya kemudian diganti menjadi Christina.
Ratu Juliana naik takhta menggantikan ibunya, Wilhelmina, antara tahun 1947 – 1948. Pada 27 Desember 1949, ialah yang secara resmi menyerahkan kedaulatan Hindia Belanda kepada ketua delegasi Indonesia, M. Hatta, dalam pertemuan di Istana Dam, Amsterdam.
Rakyat Belanda menyukainya karena ia tidak terlalu menjunjung formalitas. Putrinya, Beatrix, malah dikenal lebih formal, seperti ayahnya, Pangeran Bernhard.
Ratu Juliana pernah ke Indonesia pada tahun 1972 sambil membawa "oleh-oleh", antara lain naskah manuskrip Kakawin Nagarakretagama. Naskah lontar ini berasal dari Lombok dan sampai ke Belanda karena dijarah oleh KNIL pada tahun 1894, sewaktu tentara Belanda menaklukkan Lombok.
Meski telah mengundurkan diri dari politik sejak tahun 1980, ia masih aktif di bidang sosial sampai tahun 1995.
Dan dialah Ratu Belanda yang akhirnya mengakui kedaulatan negara Indonesia setelah pertemuannya dengan Mohammad Hatta dalam penyelesaian Diplomasi di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949.


Beatrix
Ratu Beatrix pada 2008
Beatrix; (Beatrix Wilhelmina Armgard; (lahir di Baarn, Belanda, 31 Januari 1938; umur 74 tahun), adalah Ratu dari Kerajaan Belanda yang mencakup Belanda, Curaçao, Sint Maarten, dan Aruba. Ia adalah putri pertama dari Ratu Juliana dari Belanda dan Pangeran Bernhard dari Lippe-Biesterfeld. Pada tahun 1966, ia menikah dengan Claus von Amsberg dan memiliki tiga anak: Pangeran Willem-Alexander (lahir 1967), Pangeran Friso (lahir 1968), dan Pangeran Constantijn (lahir 1969). Ketika Ratu Juliana turun tahta pada tanggal 30 April 1980, Beatrix menggantikannya sebagai Ratu Belanda. Pada 6 Oktober 2002, suaminya meninggal.

1 komentar: