Tahukah anda bahwa bani Israel sebenarnya ada 12 suku, dan kini yang
tersisa hanyalah 2 suku saja, yaitu suku Yehuda/Judah dan Benjamin?
Kemanakah kesepuluh suku yang lain? Seperti yang dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru,
pertanyaan ini menjadi topik menarik dari kalangan sejarawan. Perlu
dicatat bahwa bangsa israel yang sekarang ada, berbeda pendapat mengenai
suku-suku saudara mereka yang hilang tersebut. Dan yang lebih menarik
lagi, adalah pernah seorang khalifah ottoman menghubungkan 10 suku
israel yang hilang ini dengan YA’JUJ MA’JUJ …
Keturunan dan Kaum Para Nabi dan Kaum Yang Tak Putus Dirundung Malang
Menurut kitab suci Ibrani, Yakub mempunyai 12 anak laki-laki dari empat
orang istri dan dibawah ini adalah daftar nama-nama mereka berdasarkan
urutan kelahiran dan ibu mereka:
Reuben (born to Leah)
Simeon (born to Leah)
Levi (born to Leah)
Judah (born to Leah)
Dan (born to Bilhah)
Naphtali (born to Bilhah)
Gad (born to Zilpah)
Asher (born to Zilpah)
Issachar (born to Leah)
Zebulun (born to Leah)
Joseph (born to Rachel)
Benjamin (born to Rachel)
12 anak laki-laki inilah cikal bakal dari 12 suku israel setelah
mereka hidup dan beranak pinak di Mesir karena Joseph/Yusuf as. menjadi
pembesar disana. Namun kehidupan mereka di mesir lama kelamaan mulai
dirasakan mengganggu oleh penduduk asli mesir dan mereka mulai tidak
disukai, akhirnya generasi mereka berikutnya ditindas dan diperbudak
oleh bangsa Mesir. Puncaknya pada masa Ramses II (Firaun).
Kemudian ke duabelas suku ini diselamatkan Tuhan melalui Musa dan
Harun. mereka keluar dari mesir dan diperintahkan oleh Tuhan untuk
merebut daerah yang dijanjikan untuk mereka dengan berperang. Namun
mereka tidak berani/malas untuk berperang dan daerah tersebut diharamkan
oleh Tuhan utk mereka selama 40 masa.
Setelah lontang lantung mengembara selama 40 masa di daerah padang
pasir tak bertuan (sekarang sekitar Yordania), kemudian akhirnya mereka
bisa masuk ke daerah yang dijanjikan (palestina) dibawah pimpinan Tholut
(dibantu seorang anak muda Daud) dan mereka mendirikan kerajaan Israel
(kuno) disana dengan rajanya adalah Tholut yang kemudian digantikan oleh
Daud.
Luas Kerajaan Israel di bawah Pimpinan Daud dan Sulaiman
Daud inilah yang memperluas kerajaan Israel kuno hingga menguasai
daerah dari Sungai Efrat sampai perbatasan Mesir. Kemudian daerah
tersebut dibagi-bagi kepada dua belas suku israel yang ada.
Salah satu suku yang memiliki daerah di pesisir Yaitu kota Eliah yang
terletak di pantai laut Merah antara kota Mad-yan dan bukit Thur,
melanggar ketentuan hari Sabbath dan jadilah mereka kera yang hina
Pembagian wilayah ke 12 suku
Setelah pemerintahan Raja Sulaiman, yaitu pemerintahan raja Rehabeam
sekitar 931 SM, kerajaan terbagi menjadi dua karena 10 suku menolak
aturan membayar pajak warisan Sulaiman yang tinggi (menurut mereka) yang
dikenakan kepada mereka, lalu mereka memberontak dan mendirikan
kerajaan baru di utara dan Jereboam I sebagai raja mereka.
Jadi disebelah selatan adalah kerajaan Judah/Yudea beribukota di
Jerusalem dengan rajanya adalah Rehabeam beranggotakan 2 suku yaitu suku
Judea dan Benyamin, sedangkan di utara adalah kerajaan Israel utara
beribu kota di Samaria dengan 10 suku.
Pada tahun 721 SM, Samaria sebagai ibukota Kerajaan Israel Utara,
diserbu oleh pasukan Asyur (Assyria) yang dipimpin oleh Shalmaneser V
dan dilanjutkan oleh Sargon II. Dan satu tahun kemudian Samaria takluk
dan dihancurkan. Akhirnya, penduduk Kerajaan Israel Utara yang merupakan
10 suku israel dibunuh, ditahan, diperbudak, diasingkan dan dibuang ke
Khorason, yang sekarang merupakan bagian dari Iran Timur dan Afghanistan
Barat. Riwayat suku-suku ini kemudian tidak pernah terdengar lagi dan
dipercaya oleh bangsa Yahudi saat ini telah hilang dari sejarah.
Luas wilayah Kekuasaan Kerajaan Assyria yang mencaplok sebagian besar wilayah Israel.
Perang pun terus berlanjut di timur tengah. Bangsa-bangsa kuat saling
beradu satu sama lain memperebutkan kawasan Timur Tengah. Pada tahun
603SM, kekuasaan bangsa Assyria diganti oleh bangsa Babel (Babylonia).
Di masa kekuasaan Babel, Kerajaan Selatan Yehuda jatuh, dan Jerusalem
dihancurkan (597SM), dan semua penduduknya ditangkap dan diperbudak oleh
bangsa Babilonia. Berlangsunglah masa pembuangan di Babel.
Luas Kerajaan Babilonia yang juaga meliputi seluruh Wilayah yang dahulunya kerajaan Israel
60 tahun kemudian, 538SM, Kerajaan Persia dibawah raja Cyrus II
(Zulqornain?) merebut kekuasaan Babel. Sebagian suku Jehuda dan Benyamin
yang tersisa di babilon dibebaskan dan diperkenankan oleh raja Cyrus II
untuk kembali ke Yudea, dan membangun kembali kuil mereka yang kemudian
dikenal dengan nama Kuil Yahudi Kedua. Namun sepuluh suku Israel
lainnya, penduduk Kerajaan Isreal Utara, tidak pernah kembali
sebagaimana dua suku itu. Sehingga mereka dijuluki sebagai “Sepuluh Suku
Israel Yang Hilang“
Dzulqornain artinya dua tanduk yang tafsirnya adalah kekuasaannya dari timur sampai barat
Sekitar 600 tahun kemudian sekitar 70 M, bangsa Romawi menghancurkan
Kuil Yahudi Kedua, membunuh dan mencerai beraikan rakyat Yudea sehingga
mereka tersebar ke penjuru dunia sampai munculnya zionisme abad ke 20.
Saat ini banyak teori yang mengaitkan suatu suku dengan suku2 israel
yang hilang ini. salah satu teori mengatakan bahwa bangsa scythia, yang
muncul dalam sejarah pada saat pembuangan sepuluh suku, adalah berasal
dari suku israel yang hilang ini. tapi teori ini sangatlah lemah dan
kurang bisa dipercaya.
Ada lagi beberapa suku di daerah2 tertentu yang mengklaim bahwa
mereka adalah keturunan dari salah satu dari 10 suku israel yang hilang.
Suku2 itu adalah:
Khazar, Chazar (Rusia)
Kawasan yang dihuni orang-orang Khazar terletak di antara Laut Hitam dan
Laut Kaspia, diapit Ukraina dan Kazakhstan. Bangsa Khazar berasal dari
suku kuno Turki -Mongol (Hun, atau Hsiungnu) yang beralih memeluk
Judaisme dan berhasil membentuk Khazaria, kerajaan kuat di masa Abad-7 M
hingga Abad-10 M. Orang-orang Yahudi Ashkenazi (Eropa Timur) adalah
keturunan orang Khazar. Keberadaan dan kemajuan orang-orang Khazar
mengindikasikan akulturasi Yahudi Diaspora (yang melek huruf dan
berteknologi) dengan suku Turki-Mongol yang buta huruf dan bergaya-hidup
nomad.
Pathans/Pasthun (Afghanistan-Pakistan)
Pathans menganggap diri mereka sebagai anak-anak Israel, meskipun mereka
beragama Islam. Bangsa Pathans memiliki kemiripan dengan kebiasaan
Israel kuno. Bangsa Pathans kini tinggal di perbatasan
Afghanistan-Pakistan. Mereka disebut Afghans atau Pishtus menurut
bahasanya. Di Afghanistan, jumlah mereka sekitar enam juta jiwa, dan di
Pakistan sekitar tujuh hingga delapan juta jiwa dan dua juta jiwa lagi
hidup seperti suku Baduy. Bukti-bukti yang menarik adalah beberapa nama
suku-suku yang sama dengan suku-suku Israel seperti suku Harabni yakni
Reuben, suku shinwari adalah Shimeon, suku Levani – Lewi, suku Daftani –
Naftali, suku Jaji – Gad, suku Ashuri – Asher, suku Yusuf Su, anak-anak
Yusuf, suku Afridi – Ephraim, dan seterusnya. Pasthun atau Pathans
mengaku mempunyai hubungan dengan Kerajaan Israel kuno dari suku
Benjamin dan keluarga Saul. Menurut tradisi, Saul mempunyai seorang
anak, bernama Jeremia yang memiliki anak bernama Afghana.
Menurut Injil 2 Raja-raja, Tawarikh 1 dan 2, sepuluh suku Israel
dibuang ke Halah, Havor, sungai Gozan dan kota-kota Maday. Beberapa
kemiripan Tradisi Pathans dengan Israel kuno: memiliki sunat untuk anak
laki-laki pada hari kedelapan, Patrilineal (Garis Bapak), menggunakan
Talith (Jubah Doa) Tsitsit, pernikahan (Hupah), kebiasaan wanita
(pembasuhan di sungai), pernikahan dari pihak keluarga ibu atau bapak
(Yibum), Sangat menghormati bapak, larangan memakan daging kuda dan
unta, Shabbat dengan menyiapkan 12 roti Hallah, menghidupkan lilin pada
saat Shabbat, hari Yom Kippur, menyembuhkan penyakit dengan bantuan
kitab Mazmur (menempatkan kitab Mazmur dibawah kepada pasien, nama-nama
Ibrani di desa-desa dan menyebut nama Musa, dan menggunakan symbol
bintang Daud. Mereka hidup sebagai suku-suku yang terpencar dan memiliki
hokum tradisi yakni Pashtunwali atau hukum Pasthun yang mirip dengan
hukum Torah. Pathans bertradisi pernikahan ipar, yang mengharuskan
saudara laki-laki menikahi janda saudaranya yang meninggal tanpa
keturunan, sama seperti Israel kuno (Ul 25:5-6). Pathans juga bertradisi
mengorbankan kambing penebusan, sama seperti masa Israel kuno yang
membebankan dosa seluruh bangsa pada domba yang diusir ke gurun dan
disembelih (Im16).
Kashmir (India)
Di India bagian utara yakni Kashmir terdapat sekitar 5-7 juta jiwa.
Terdapat nama Ibrani di lembah dan didesa-desa di Kashmir seperti Har
Nevo, Beit Peor, Pisga, Heshubon. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa
bangsa Kashmir keturunan sepuluh suku Israel yang hilang pada pembuangan
pada 722 BCE. Penampilan fisik mereka berbeda dengan umumnya orang
India. Tradisi mereka memang mengindikasikan perbedaan asal-usul. Orang
Kashmir memiliki hari raya Pasca pada musim semi, saat dilakukan
penyesuaian perbedaan penanggalan candra dan surya, dengan cara seperti
yang dilakukan orang-orang Jahudi. Mereka memang menyebut diri sebagai
Bene Israel, Anak-anak Israel. Orang Kashmiri menghormati Sabbath
(beristirahat dari semua jenis kerja); menyunat bayi pada usia delapan
bulan; tidak makan ikan yang tak bersisik dan bersirip, dan merayakan
beberapa hari raya Jahudi lainnya, tetapi tidak yang berasal dari
setelah kehancuran bait Allah pertama (seperti Hannukah).
Shin-lung atau Bene Menashe (di sekitar perbatasan India-Myanmar)
Di kawasan pegunungan di kedua sisi perbatasan India-Myanmar, bermukim
sekitar 2 juta orang Shinlung. Mereka memiliki tradisi penyembelihan
binatang korban seperti suku-suku Israel kuno pada umumnya, dan menyebut
diri anak Menashe atau Bene Menashe. Kata Menashe banyak bermunculan
dalam puisi dan doa (mereka menyeru “Oh God of Menashe”). Mereka
memiliki tradisi cerita yang mengatakan bahwa mereka dibuang ke suatu
tempat yang berada di sebelah barat tempat asal mereka, lalu bermigrasi
ke timur dan mulai menjadi penggembala dan penyembah dewa. Migrasi
mereka berlanjut ke timur, mencapai perbatasan Tibet-Cina, lalu
mengikuti aliran Sungai Wei, hingga masuk dan bermukim di Cina Tengah
sekitar tahun 230SM. Orang Cina menjadikan mereka sebagai budak,
sehingga beberapa diantara mereka melarikan diri dan tinggal di gua-gua
kawasan pegunungan Shinlung, dan hidup miskin selama dua generasi.
Mereka juga disebut orang gua atau orang gunung dan tetap menyimpan
kitab suci mereka. Akhirnya mereka mulai berasimilasi dengan orang Cina
dan terpengaruh budaya Cina, hingga akhirnya mereka meninggalkan gua-gua
pegunungan dan pergi ke barat, melalui Thailand, menuju Myanmar.
Setelah itu mereka berkelana tanpa kitab suci, dan membangun tradisi
lisan, hingga sampai di Sungai Mandaley, dan menuju Pegunungan Chin.
Pada abad-18 sebagian dari mereka bermigrasi ke Manipur dan Mizoram,
India Timurlaut.
Mereka sadar bahwa mereka bukan orang Cina meskipun menggunakan
bahasa Cina dialek lokal, dan menyebut diri Lusi yang berarti Sepuluh
Suku (”Lu” berarti suku, dan “si” berarti sepuluh). Tradisi Menashe
antara lain adalah sunat (kini sudah ditinggalkan), upacara pemberkatan
anak pada usia 8 hari, hari raya keagamaan yang mirip dengan hari raya
keagamaan Jahudi, praktek pernikahan ipar demi kelangsungan nama marga,
menyebut nama Tuhan sebagai “Y’wa”, dan memelihara puisi yang mirip
dengan kisah penyeberangan Kitab Keluaran ketika bangsa Israel
menyeberang Laut Merah. Di setiap kampung ada pendeta atau imam yang
selalu bernama Harun (Aaron, saudara Musa dan Imam Pertama Jahudi)
dengan pewarisan turun-temurun. Salah satu tugas mereka adalah mengawasi
kampung, berdoa dan mempersembahkan korban, dengan jubah
ber-‘breastplate’, ikatpinggang dan mahkota, dan selalu membuka doa
dengan menyebut nama Menashe. Dalam kasus terdapat orang jatuh sakit,
para imam dipanggil untuk memberkati pesakit dan mempersembahkan korban.
Imam akan menyembelih domba atau kambing dan mengoleskan darahnya di
telinga, punggung dan kaki pesakit sambil mengucapkan mantra yang mirip
dengan Im14:14. Pada kasus penyakit khusus, diselenggarakan upacara
khusus. Semacam upacara penebusan yang dilakukan dengan memotong sayap
burung dan menebar bulunya ke udara. Pada kasus penyakit lepra, para
imam menyembelih burung di lapangan terbuka. Untuk penebusan dosa,
dilakukan pengorbanan domba di altar seperti dilakukan di Bait Allah
(seperti disaksikan seorang penulis di hutan Myanmar sekitar tahun
1963-1964). Darah sembelihan ditorehkan di ujung altar, dagingnya
dimakan. Yom Kippur dirayakan sebagai hari penebusan, sekali setahun
seperti tradisi Jahudi. Kendaraan imam tidak boleh dibuat dari logam,
namun dari tanah liat, kain, atau kayu. Melakukan praktek pemujaan
berhala dan mempercayai klenik sehubungan dengan roh dan setan. Percaya
reinkarnasi tapi percaya Tuhan di sorga akan membantu dalam kesusahan.
Ch’iang-min (Cina)
Orang-orang Ch’iang atau Ch’iang-min (sekitar 250 ribu orang, 1920)
bermukim di Propinsi Sechuan, Cina bagian barat, di daerah pegunungan
sebelah barat Sungai Min, dekat perbatasan Tibet [Thomas Torrance “The
History, Customs and Religion of the Ch’iang People of West China”
(1920) dan “China’s First Missionaries: Ancient Israelites” (1937)].
Mereka menganggap diri sebagai imigran dari barat yang datang ke tempat
tersebut setelah berjalan selama tiga tahun tiga bulan. Orang Cina
menganggap mereka sebagai barbar, dan mereka menilai orang Cina sebagai
penyembah berhala (Ch’iang-min percaya hanya pada satu tuhan dan
menyebutnya ‘Yawei’ ketika berada dalam kesulitan). Ch’iang-min
mempraktekkan persembahan korban yang dilakukan imam, jabatan yang hanya
bisa dijabat oleh pria yang sudah menikah (Im 21:7,13) dan diwariskan
turun-temurun. Para imam mengenakan jubah putih bersih dan bersurban
khusus. Mezbah dibuat dari batu yang tidak dipotong dengan alat logam
(Kel20:25), dan tidak boleh didekati oleh orang asing dan “cacat”
(Im21:17-23). Para imam Ch’iang-min menggunakan tali pengikat jubah, dan
sebatang tongkat berbentuk seperti ular (kisah Musa di gurun). Setelah
berdoa, para imam membakar bagian dalam dan daging korban sembelihan,
dan mengambil bagian pundak, dada, kaki dan kulit, sementara dagingnya
dibagikan kepada pemberi persembahan. Saat persembahan, mereka
mengibarkan 12 bendera di sekitar altar untuk menjaga tradisi bahwa
mereka berasal dari satu bapak yang memiliki 12 anak. (Mereka bertradisi
sebagai keturunan Abraham dan berleluhur seorang bapak dengan 12 anak).
Di antara orang Ch’iang, terdapat tradisi mengoleskan darah pada ambang
pintu demi keselamatan dan keamanan rumah, pernikahan ipar, tudung
kepala bagi wanita, memberi nama anak pada usia 7 hari hingga menjelang
malam ke-40.
PERLU DICATAT
Tidak satupun teori pun yang
mengatakan salah satu suku israel yang hilang berada di INDONESIA. jadi
klo ada orang indonesia yang mengaku aku klo dia israel, sungguh sangat
memalukan.
BENARKAH SUKU-SUKU INI ADALAH KETURUNAN DARI 10 SUKU ISRAEL YANG
HILANG? atau hanya kebetulan saja mereka punya tradisi dan nama-nama
yang mirip dengan bangsa israel? Menurut penulis, 10 suku israel ini
benar2 sudah hilang dan mungkin hanya tinggal adat dan kebiasan mereka
saja yang tersisa. Karena sangat sulit membayangkan suku2 israel ini
berbaur dan bercampur dengan bangsa lain secara massif. Terbukti dalam
sejarah bangsa israel, mereka selalu berselisih dengan bangsa lain
dimanapun mereka berada, kecuali sedikit dari mereka yang benar2 baik
dan bisa diterima.
Sumber : Terselubung
Agen Judi Online
BalasHapusDaftar Agen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Madrid Dikalahkan Gironoa, Deulofeu: Itu Bagus!
Sergio Ramos Ingin Barca Bertahan di La Liga.
Lloris: MU Bikin Tottenham Frustrasi.
91 Perwira Tinggi TNI Dimutasi, Wakil KSAD Diganti.
Minta Maaf, Vanessa Angel Peluk Jane Shalimar.
Agen Judi Bola Casino
BalasHapusBandar Bola Terpercaya
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Eks MU Ini Peringatkan City Akan Bahaya Periode Musim Dingin.
Pochettino: Guardiola Panutan Semua Pelatih di Dunia.
Fernandinho: City Sekarang Adalah yang Terbaik.
Kata JK, Anies Sepakat Teruskan Proyek Reklamasi Pulau C dan D.
KPK Dalami Peran Dua Pengembang Reklamasi di Teluk Jakarta.