Perlu Anda ketahui bahwa pejabat di Jepang terkenal dengan rasa tanggung jawab mereka yang besar terhadap rakyat. Jika mereka sudah merasa tidak mampu memegang amanat yang diembannya, maka dengan sikap ‘ksatria’ mereka akan mengundurkan diri dari posisinya. Pada saat mengundurkan diri pun, mereka masih dengan bersikap ‘jantan’ berbicara di depan publik (media) dan menyampaikan alasan pengunduran dirinya. Sehingga, publik paham dengan keputusan mereka, dan pada akhirnya akan membawa suasana yang kondusif terhadap pejabat baru dan organisasi yang ditinggalkannya itu.
Nah, berikut ini beberapa aksi luar biasa para pejabat di Jepang terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh rakyatnya.
1. Perdana Menteri Menolak Menerima Gaji
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengatakan bahwa dia akan menyerahkan gajinya sampai krisis nuklir akibat tsunami di Jepang berakhir. Gaji perdana menterinya yang sebesar 1.636.000 Yen sebulan (setara 20.200 dolar AS) dengan rela diserahkannya.
Pengumuman perdana menteri ini dilakukan di hari yang sama dengan sekitar 100 warga Jepang telah dievakuasi dari daerah dekat pabrik Jepang Fukushima Daiichi nuklir, diizinkan pulang untuk mengumpulkan barang-barangnya. Setelah mengenakan pakaian pelindung untuk menjaga terhadap radiasi, mereka diperbolehkan pergi ke rumah mereka di desa Kawauchi. Mereka hanya diperbolehkan membawa satu tas kecild dan bisa tinggal di rumah mereka selama dua jam.
Selain menyatakan takkan menerima gajinya hingga krisis nuklir di negaranya usai, dia juga meminta maaf kepada rakyat Jepang. “Sebagai orang yang bertanggung jawab atas kebijakan ini, saya ingin menawarkan permintaan maaf saya kepada masyarakat,” katanya dalam konferensi pers.
2.Menangis Karena Merasa Tidak Bisa Berbuat Apa-apa
Managing Director Tokyo Elektrik Power Company, Akio Komiri, perusahaan yang mengelola pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima langsung menangis sesaat setelah meninggalkan jumpa pers saat pemerintah Jepang secara resmi mengumumkan tingkat radiasi yang ditimbulkan dari ledakan sejumlah reaktor di PLTN tersebut berisiko membunuh manusia yang terpapar radiasi.
Sebelumnya, Badan Pengamanan Nuklir dan Industri Jepang telah mengakui jika bencana nuklir yang terjadi di Negara Matahari Terbit itu telah mencapai level 5. Sebuah level yang menurut badan Internasional Energi Atom PBB sebagai tingkatan yang bisa membunuh manusia.
3. Mengundurkan diri
Jepang adalah negara yang kerap diwarnai pengunduran diri pejabat. Budaya malu dan merasa bersalah begitu kental dalam kehidupan mereka. Apabila seorang pejabat publik bersalah, secara otomatis ia akan mengundurkan diri dari jabatannya. Misalnya saja kasus pengunduran diri Menteri Luar Negeri Jepang, Seiji Maehara. Ia mengundurkan diri dari jabatannya karena terbukti menerima donasi dari warga Korea Selatan yang bermukim di Tokyo. Total nilai donasinya hanya 250.000 Yen (sekitar Rp 25 juta).
Uang tersebut tidak sepeserpun digunakan untuk pribadi Maehara, namun sebagai dana sumbangan partai politiknya, atau Partai Demokrat Jepang (DPJ). Entah karena tidak tahu, atau kurang teliti, tenyata pemberian itu melanggar UU Partai Politik di Jepang, yang tidak boleh menerima sumbangan dari bukan warga negara. Meski jumlahnya tidak besar, hanya Rp 25 juta, Maehara tetap dianggap melanggar.
4. Memberikan Pidato Penyemangat Kepada Rakyat
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan memberikan pidato yang sangat mengharukan dan dapat membakar semangat warga Jepang akan cepat bangkit dari keterpurukan pasca tsunami. Ia menyatakan, “Kami akan membangun kembali Jepang dari awal. Dalam sejarah Jepang, bangsa ini terbentuk dari pulau kecil namun secara ajaib mampu menunjukkan pertumbuhan ekonomi dengan upaya dari semua warga negara Jepang. Itulah cara Jepang dibangun,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
5. Berani Menerima Resiko Demi Menenangkan Warganya
Politisi Partai Demokratik Jepang, Yasuhiro Sonoda meminum air dari reaktor nuklir Fukushima. Video peristiwa ini telah beredar di Youtube. Anggota Parlemen Jepang itu mencoba membuktikan bahwa air tanah (yang telah dimurnikan) di bawah kawasan reaktor nuklir Fukushima aman untuk diminum. Pejabat kabinet pemerintah itu tertantang membuktikan pernyataan pemerintah secara langsung di depan para jurnalis.
Sebelumnya penduduk sekitar reaktor Fukushima memang diserang kekhawatiran atas keamanan air di wilayah tersebut pascakerusakan reaktor nuklir akibat tsunami beberapa bulan lalu. Air yang diminum diolah dari bawah permukaan gedung 5 dan 6 reaktor tersebut. Menurut operator pabrik Tokyo Electric Power Co, air yang dimurnikan itu disedot dari tanki penyimpanan pada 22 Oktober 2011. Air itu lalu di rebus dan disterilkan. Air itu dinyatakan bebas dari kontaminasi radioaktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar